Ketimpangan sosial inilah yang membuat Ki Hajar Dewantara bergerak.
Meski ia terlahir dari keluarga kaya raya, Ki Hajar Dewantara menginginkan adanya kesetaraan pendidikan untuk rakyat pribumi.
Ki Hajar Dewantara secara aktif dan berani melayangkan kritik terhadap kebijakan pemerintahan kolonial.
Kritiknya terhadap pemerintah kolonial ini membuat Ki Hajar Dewantara diasingkan ke Belanda bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoeseomo.
Mengutip pemberitaan Kompas.com, saat kembali ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan, Perguruan Nasional Taman Siswa.
Dari sinilah cikal bakal semboyan yang begitu diingat masyarakata, Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani diterapkan.
Ki Hajar Dewantara tanpa henti terus memperjuangkan pendidikan hingga akhir hayatnya.
Perjuangannya yang seolah tanpa henti inilah yang menginspirasi tercetusnya Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas tiap tanggal 2 Mei.
Tercetusnya peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas ini dimaksudkan untuk menghormati Ki Hajar Dewantara sebagai pahlawan nasional dan Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia.
(*)