"Setelah satu bulan setengah (pencarian) dengan penyelaman tidak membuahkan hasil, kami istirahat satu minggu. Kami evaluasi," terang Soerjanto.
Akhirnya, tim memutuskan untuk mencari CVR itu menggunakan kapal penghisap lumpur TSHD King Arthur.
Kapal yang memiliki kemampuan menghisap lumpur layaknya vacuum cleaner itu digunakan untuk menyisir area seluas 90x90 meter dengan kedalaman 1 meter.
Dan, di hari terakhir pencarian, tim berhasil menemukan CVR tersebut.
"Setelah tiga hari, empat hari belum ketemu. Ahirnya alhamdulillah tadi malam yang merupakan malam terakhir pencarian. Alhamdulillah bisa kita temukan CVR ini," katanya.
Dengan ditemukannya CVR tersebut, KNKT berjanji akan menggali informasi yang terekam dan menyampaikannya ke publik.
"Kami akan membuka setransparan-setransparan mungkin apa yang terjadi sehingga hal ini tidak terjadi kembali," kata Soerjanto.
Data dari CVR antinya akan dicocokkan dengan data dari flight data recorder (FDR) yang telah ditemukan lebih dulu pada 12 Januari 2021 lalu.
Dengan demikian, dapat diketahui apa yang menyebabkan pesawat tersebut jatuh.