Para ahli menunjukkan kepada Hegmann, Rusia dan China memimpin dalam pengembangan senjata hipersonik, tetapi mengatakan AS berkomitmen untuk mengejar ketinggalan.
Departemen Pertahanan AS mengumumkan awal tahun ini bahwa mereka telah mendirikan pangkalan baru untuk mengembangkan senjata hipersonik, dengan tujuan untuk menerjunkan "kemampuan senjata hipersonik yang diluncurkan dari udara dan bernapas udara" dalam waktu tiga tahun.
Australia juga mengumumkan pada awal bulan bahwa mereka akan bekerja sama dengan AS untuk bersama-sama mengembangkan rudal jelajah guna melawan China dan Rusia.
Rusia telah mengembangkan sistem rudal S-500 Prometey untuk mencegat persenjataan hipersonik, dan juga memiliki "rudal pencegat tak dikenal yang dimodifikasi" menurut para analis.
Menurut Kementerian Pertahanan AS, S-500 diharapkan akan dikerahkan oleh angkatan bersenjata Rusia pada tahun 2021.
Sergei Surovikin, komandan Pasukan Dirgantara Rusia, mengatakan akan mampu menghancurkan senjata hipersonik di ruang dekat Bumi.
Itu terjadi setelah China dan Rusia berupaya memperkuat hubungan strategis untuk menunjukkan kekuatan kepada Joe Biden, Presiden terpilih.
Anggota Dewan Negara China dan Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan kepada media pemerintah China, The Global Times, hubungan Beijing dengan Moskow harus lebih stabil karena dunia menjadi "lebih bergolak".