Selama bertahun-tahun menjadi negosiator, DeTrani mengakui Korea Utara telah berulang kali melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM). Ia juga mengiyakan hadirnya ICBM baru pada parade militer bulan Oktober lalu.
"Setelah melakukan negosiasi dengan Korea Utara selama bertahun-tahun, mereka melihatnya (nuklir) sebagai alat pencegahan dan mereka lebih fokus pada perubahan rezim," ungkap DeTrani.
Berdasarkan pengalamannya selama bertahun-tahun, DeTrani mendukung penuh upaya berkelanjutan untuk menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara melalui upaya diplomatik tetapi tetap menentang gagasan mengakui Korea Utara sebagai negara nuklir.
Baginya, pengakuan seperti itu justru akan memicu perlombaan senjata dan ketidakstabilan di regioanal Asia Timur.
"(pengakuan) Korea Utara sebagai negara nuklir akan mendorong pihak lain, seperti Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan, untuk mengupayakan kemampuan senjata nuklir mereka. Itu akan mengabaikan komitmen pencegahan nuklir AS dengan para sekutunya tersebut," papar DeTrani.(*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul "Negosiator senior AS beberkan tujuan utama dari pengembangan nuklir Korea Utara"