Tak jarang, banyak pejabat daerah masa itu yang kalang kabut bahkan wajah pucat dan keringat dingin sering dijumpai oleh Tri Sutrisno saat mengawal bosnya tersebut.
Uniknya dalam setiap blusukan maupun penyamaran di daerah-daerah yang dituju, Soeharto tak pernah menginap di Hotel.
Ia lebih memilih tidur di rumah warga ataupun di rumah kepala desa yang ia tuju.
Soeharto yang gemar blusukan untuk pastikan pembangunan apakah berjalan sesaui rencana atau tidak membuatnya harus melakukan pencatatan secara detail.
"Tentu saja saya pun kadang-kadang merasa capek, karena hilir mudik dari sana ke mari lewat daratan, terbang dari satu tempat ke tempat lainnya untuk memulai dengan pembangunan yang baru dan mengontrol pembangunan yang sedang berjalan, dan lelah pula karena memeras otak."
"Tetapi saya tidak boleh mengeluh, apalagi menyerah. Pembangunan adalah perjuangan yang sengit," kata Soeharto melalui buku tersebut.
Tak jarang pula Soeharto membawa rombongan sendiri dari Jakarta untuk sekedar menyediakan makanan baginya.
Selain itu, Tien Soeharto atau Bu Tien juga tak jarang membawakan bekal makanan sambal teri dan kering tempe.
Apa yang dilakukan oleh Soeharto kala itu memang dirasa penting lantaran keadaan ekonomi dan pembangunan masa itu cukup terpuruk.
Oleh kebutuhan kebijakan yang harus tepat sasaran membuat Soeharto memilih blusukan dan menyamar di tengah masyarakat biasa.