Sosok.ID - Pepatah kasih ibu sepanjang masa sementara kasih anak sepanjang galah rupanya memang benar adanya.
Seburuk apa pun anaknya, seorang ibu pasti akan tetap membela buah hatinya.
Kasus ini tampaknya dapat membuktikan kebenaran dari pepatah tersebut.
Di mana ada seorang ibu yang khawatir anaknya akan mendapat hukuman berat.
Padahal, anaknya telah menguburnya hidup-hidup.
Dilansir Sosok.ID dari China Daily, insiden ini menimpa seorang wanita asal China.
Pada bulan Mei 2020 lalu, wanita bermarga Wang itu diseret putranya sendiri ke kuburan yang sudah terbengkalai.
Kemudian, wanita berusia 79 tahun itu dikubur hidup-hidup oleh putranya, pria 58, Ma, lapor biro keamanan publik setempat.
Beruntung Wang masih hidup setelah polisi datang menyelamatkannya tiga hari kemudian.
Aksi keji ini sendiri diketahui setelah istri Ma, yang bermarga Zhang melapor ke polisi.
Zhang awalnya melapor karena ibu mertuanya itu tak menampakkan batang hidungnya selama tiga hari berturut-turut.
Setelah 70 jam terkubur dalam tanah sedalam 2 meter, Wang berhasil dikeluarkan dari liang lahat.
Wang pun langsung dilarikan ke rumah sakit begitu keluar dari liang lahat.
Polisi mengatakan kepada media setempat bahwa Wang telah tinggal bersama putra dan menantunya sejak tahun lalu.
Ma mengaku melakukan perbuatannya karena didorong tekanan psikologis.
Sebab, ibunya sering mengompol dan tak bisa merawat dirinya sendiri.
Bukannya dendam kepada anaknya yang ingin menghilangkan nyawanya, Wang justru mnegkhawatirkan Ma setelah berhasil dievakuasi.
Ia khawatir bahwa anaknya akan mendapat hukuman yang berat.
Namun, Wang dikabarkan telah meninggal dunia pada bulan September lalu, lapor Harian Bisnis Shandong.
Kematiannya telah dikonfirmasi oleh seorang pekerja komunitas di lingkungan tempat tinggal Wang.
Dia mengatakan bahwa Wang sempat sakit-sakitan sebelum meninggal dunia, kata laporan itu mengutip Jiupai News.
Sementara itu, Ma telah dijatuhi hukuman 12 tahun penjara karena pembunuhan yang disengaja.
Hal itu disampaikan dalam persidangan pertamanya yang digelar pada hari Senin (2/11/2002) di daerah Jingbian, Provinsi Shaanxi, China.
(*)