Semakin sedikit uang nominal tersebut beredar, maka nilai kunonya akan juga bertambah.
"Misalnya di tahun 1952 ada uang seri budaya namanya. Itu ada pecahan Rp5 rupiah hingga Rp1.000. Yang Rp1.000 ini yang paling mahal karena susah carinya. Atau uang bergambar Soekarno, dengan tahun edar 1960. Banyak orang yang berlomba-lomba mencarinya," lanjut Kang Tomo.
Ia pun menyarankan masyarakat yang sekarang ingin berkecimpung di dunia uang kuno harus lebih realistis.
Kang Tomo juga berharap masyarakat dapat memanfaatkan media sosial lainnya untuk mengecek nilai uang kuno yang ada.
"Lebih banyak membaca literatur, jadi mereka tidak terjebak dengan penawaran tersebut. Di Facebook misalnya, banyak komunitas uang kuno bisa digunakan untuk wadah tanya-tanya," tandas Tomo. (*)