Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sebut Corona Cuma Akal-akalan Pemerintah, Seniman Ini Siap Sedot Mulut Pasien Covid-19 untuk Buktikan!

Rifka Amalia - Jumat, 12 Juni 2020 | 20:35
Ilustrasi - Petugas pemakaman membawa peti jenazah pasien suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, Rabu (22/4/2020).
Kompas/ Garry Lotulung

Ilustrasi - Petugas pemakaman membawa peti jenazah pasien suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, Rabu (22/4/2020).

Sosok.ID - Pandemi Covid-19 yang merebak sejak awal tahun 2020 ini, masih menjadi ketakutan masyarakat.

Sudah enam bulan sejak kemunculannya, namun virus corona masih belum menunjukkan tanda-tanda akan menghilang.

Beberapa negara seperti China dan Korea Selatan dianggap telah berhasil mengatasi ancaman SARS-CoV-2.

Kendati demikian, mereka belum benar-benar bersih dari virus corona.

Baca Juga: Gebrakan Baru Surabaya yang Patut Dicontoh Kota Lain, Dalam 5 Hari Sebanyak 519 Pasien Corona Sembuh, Ini Rahasianya!

Sebab laporan menyebut adanya ancaman gelombang kedua virus corona yang muncul dari orang tanpa gejala (OTG).

Indonesia sendiri memiliki lebih dari 35 ribu kasus infeksi virus corona.

Kurva infeksi di Tanah Air pun masih menanjak naik, dalam arti kita belum aman dari pandemi Covid-19.

Meski begitu, rupanya masih banyak pihak yang menyepelekan bahaya virus corona.

Baca Juga: Corona Surabaya Umpak-umpakan Jadi Bukti Kesuksesan Risma, Doni Monardo Salut: Ini Langkah yang Strategis dan Cerdas

Mengutip Kompas.com, warga Surabaya dihebohkan dengan aksi seorang seniman yang juga pernah menjadi calon Wakil Wali Kota Surabaya jalur Independen, TM.

Dalam sebuah video yang viral di jagat maya, TM menyebut corona sudah tidak ada di Indonesia.

Ia bahkan mengatakan, corona hanya akal-akalan pemerintah untuk memboroskan anggaran negara.

TM kemudian menantang untuk menghirup udara dari mulut pasien pengidap Covid-19.

Baca Juga: Surabaya Digadang-gadang Bakal Jadi Wuhan Kedua Setelah Dinyatakan Sebagai Zona Hitam, Tapi Risma Malah Panen Pujian Usai Ditemukan Penyebab Tingginya Lonjakan Kasus Covid-19 di Kota Pahlawan

Seniman Cak Monyong asal Surabaya tantang hirup mulut pasien corona untuk buktikan Covid-19 sudah tidak ada lagi.
Tangkapan layar youtube

Seniman Cak Monyong asal Surabaya tantang hirup mulut pasien corona untuk buktikan Covid-19 sudah tidak ada lagi.

"Kalau ada yang masih terpapar, saya akan bertanggung jawab," katanya dalam video berdurasi lima menit tersebut.

"Saya akan mencoba, saya akan datang ke rumat sakit kalau diminta pemerintah. Saya akan menyedot Covid-19. Kalau saya tidak mati, berarti sudah tidak ada corona," ujar TM.

Bukan hanya itu, seniman Surabaya ini juga mengkritik penanganan corona yang dianggapnya hanya membuat panik masyarakat.

"Saya melihat petugas hanya berkeliling-keliling menghabiskan anggaran negara," ujarnya.

Baca Juga: Bukan Zona Merah Covid-19, Status Surabaya Meningkat Jadi Zona Hitam, Doni Monardo Justru Ungkap Peningkatan Kasus Gegara Kerja Keras Pemkot

Mendapat banyak kecaman, TM kemudian diciduk Polda Jawa Timur untuk dimintai keterangan.

"Sampai hari ini masih berstatus saksi," ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko, Kamis (11/6/2020).

Dalam kasus ini, polisi juga melibatkan saksi ahli untuk menganalisis pernyataan TM di media sosial.

Untuk diketahui, Surabaya menjadi salah satu kota selain Jakarta dengan kasus virus corona terbesar di Indonesia.

Baca Juga: Risma Pamit di Tengah Kasus Covid-19 di Surabaya Masih Tinggi, Begini Pesannya untuk Warga Surabaya!

Beberapa waktu lalu, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi bahkan menyebut Surabaya bisa berpotensi jadi Wuhannya Indonesia.

"65 persen Covid ada di Surabaya Raya. Ini tidak main-main, Surabaya bisa jadi Wuhan kalau warganya tidak disiplin," kata Joni pada 27 Mei 2020 lalu.

Pria yang juga menjabat sebagai Dirut RSU dr Soetomo Surabaya ini mengatakan, transmisi penyebaran virus corona di Surabaya mencapai 1,6 persen pada waktu itu.

Yang artinya, jika ada 10 orang terinfeksi covid-19, maka dalam sepekan akan berubah menjadi 16 orang.

Baca Juga: DPRD Jatim Malu Risma Marah-marah Pekara Bantuan Covid-19: Bicara Baik-baik Kan Bisa, Mobil Memang Bukan untuk Surabaya

Ini merupakan hal yang sangat serius jika masing-masing individu tidak memiliki kesadaran untuk menghentikannya.

"Jadi kita mutlak untuk disiplin, disiplin memakai masker, disiplin physical distancing, disiplin cuci tangan, disiplin hidup sehat," ujar dia. (*)

Source :Kompas.com

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x