Apabila robot-robot tersebut sukses dibuat dan membantu menekan angkat tertularnya tenaga medis dari virus corona, ITS akan mengembangkan robot yang tak perlu menggunakan operator.
“Setelah kebutuhan yang mendesak ini terpenuhi, akan dibuat robot yang bisa otomatis melayani pasien,” tandasnya.
Hanya saja, kurangnya dukungan finansial serta tutupnya toko-toko mekanik dan elektronik akibat dari physical dan social distancing, menyebabkan pembuatan robot ini penuh tantangan.
“Mahasiswa yang pulang ke kampung, dan tidak berani ke kampus karena adanya lockdown ITS juga membuat kami kekurangan sumber daya manusia,” sambungnya.
Dari ITS sendiri, dosen dari berbagai departemen bekerja sama untuk mengembangkan robot ini. Beberapa di antaranya dari Departemen Teknik Elektro, Departemen Teknik Komputer, dan Departemen Desain Komunikasi Visual.
Setali tiga uang, ternyata di Italia pun telah menerapkan hal yang serupa setelah kasus corona di negara tersebut melonjak drastis.
Mengutip dari Reuters, di Rumah Sakit Circolo, Varese, sudah ada enam unit robot yang tampak seperti manusia dan berjalan di atas roda.
Beberapa berwarna putih dan memiliki layar serta berbagai sensor layaknya tugas kepala manusia.
Robot lainnya lebih sederhana dan terlihat seperti sapu hitam di atas roda.