Sosok.ID - Penguatan alutsista bagi TNI tak bisa ditunda-tunda lagi.
Pasalnya Si Naga China mulai ajak adu banteng di perairan Natuna Utara atas klaimnya yang tak masuk nalar itu.
Harus diakui saat Natuna Utara diobok-obok China, mereka mendatangkan Coast Guard dan Fregat kelas berat Jiangkai II class untuk sekedar menantang sampai dimana kesiapsiagaan angkatan perang Indonesia.
Nyatanya, TNI kita sigap dalam menangani masalah diatas dengan mengirim satuan tempur siap perang demi meladeni agresivitas China.
Maka dari itu keberanian prajurit harus dibarengi dengan peralatan tempur mumpuni masa kini.
Mengutip sipri.org, Kamis (12/3/2020) lembaga independen asal Swedia, Stockholm International Peace Research Institute atau disingkat SIPRI yang sudah berdiri sejak tahun 1966 ini bekerja di bidang penelitian konflik, persenjataan, kontrol dan pelucutan senjata.
Lembaga itu menyediakan berbagai data, analisis serta rekomendasi yang didasarkan pada sumber terbuka.
Salah satu pekerjaannya ialah membuat laporan transfer senjata di dunia dari berbagai negara.
Nah, pada kurun waktu tahun 2019, SIPRI mengeluarkan data impor persenjataan Indonesia.
Indonesia dalam laporan SIPRI nyatanya membeli berbagai senjata kelas berat hingga ringan.
Diantaranya kapal selam kelas Chang Bogo/Nagapasa Class, Self Propelled Howitzer CAESAR dari Prancis, kapal Landing Platform Dock (LPD) Makassar Class, sampai 80 jet tempur KFX/IFX dari Korea Selatan.
Berikut rinciannya :
Ada pula senjata yang berasal dari Israel walau Indonesia tak punya hubungan diplomatik dengan negeri Yahudi, yakni Turret Infantry Fighting Vehicle (IFV) ut-30 Mk2 yang nantinya akan dipasangkan di Pandur II.
Untuk lini ekspor, Indonesia berhasil menjual pesawat CN-235 ke Senegal dan Nepal.
(Seto Aji/Sosok.ID)