"Sampai saat ini kita belum mendapatkan kabar apa-apa. Tapi orang Indonesia di sini itu saling support, kasih semangat, itu yang kami lakukan disini," ujar Yuli melalui sambungan telepon, Selasa (28/01).
Yuli saat diwawancarai BBC News Indonesia sedang bersama dengan temannya sesama pelajar asal Indonesia, Eva Taibe, 36, yang juga sedang menimba ilmu di universitas yang sama.
"Kita nggak tahu sampai kapan. Itu juga yang sebenernya bikin khawatir, karena kita nggak tahu sampai kapan lockdown ini akan selesai," ujar Eva, yang sedang menjalani pendidikan doktoral psikologi.
Wabah mematikan itu terjadi saat China merayakan salah satu tanggal terpenting dalam kalendernya, yaitu Tahun Baru Imlek.
Akibat lockdown, transportasi umum tidak berjalan di kota itu. Lebih lagi, penggunaan kendaraan yang tidak penting juga dilarang di pusat kota Wuhan.
Eva, yang tinggal di apartemen berjarak sekitar dua kilometer dari asrama kampus di mana Yuli menetap, memilih untuk jalan kaki untuk berkunjung ke rumah rekannya itu di kampus.
Kota Wuhan kini telah menjadi seperti kota mati sebab telah terjadi kasus kematian akibat virus corona lebih dari 100 orang.
Tak tahu kapan akan segera berakhir wabah itu membuat warga kota semakin ketakutan sebab pasokan makanan kian hari kian menipis. (*)