Keduanya mengkahawatirkan jikalau serangan tersebut akan berisiko menyeret tanah air mereka ke dalam perang.
Irak telah terjebak dalam konflik antara AS dan Iran selama sebulan terakhir.
Seperti yang telah diwartakan sebelumnya, bahwa Jendral Qasem Soleimani telah tewas dalam sebuah serangan udara pada 3 Januari di Baghdad.
Sementara serangan balasandi pangkalan Irak utara menewaskan seorang kontraktor Amerika, dan AS membalas dengan serangan terhadap fraksi yang didukung Iran yang dikenal sebagai Kataeb Hezbollah.
Kurang dari seminggu kemudian serangan pesawat tak berawak AS menewaskan jenderal Iran Qassem Suleimani di luar bandara Baghdad.
Hal ini lantas mendorong Iran untuk menembakkan rudal balistik di sebuah pangkalan Irak dimana pasukan AS ditempatkan.
Sekitar 5.200 orang Amerika ditempatkan di Irak untuk memimpin koalisi global yang memerangi Isis.
Namun serangan AS terhadap Baghdad telah menggalang para tokoh penting Irak dalam seruan bersama untuk memerintahkan mereka keluar.
Ulama anti-Amerika, Moqtada al-Sadr, melakukan aksi unjuk rasa massal di Baghdad pada Jumat, (24/1/2020).
Seorang pejabat keamanan Irak mengkonfirmasi satu roket mendarat di dalam dinding kedutaan, namun tidak ada korban atau kerusakan serius yang disebabkan dalam serangan itu, kata sebuah pernyataan dari Komando Operasi Gabungan AS, dilansir dari metro.co.uk.