Sosok.id - Sebelum kecelakaan maut terjadi, sopir bus Sriwijaya sempat memiliki keraguan dalam benaknya.
Kecelakaan maut yang terjadi di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Pagar Alam, Sumatera Selatan, Selasa (24/12/2019) itu telah memakan puluhan korban jiwa.
Sebab, bus yang membawa 50 penumpang tersebut terguling dan masuk ke jurang dengan kedalaman 150 meter.
Melansir dari Kompas.com, hingga Rabu (25/12/2019) korban yang meninggal dunia akibat kecelakaan tersebut mencapai 35 orang.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabis dokes) Polda Sumatera Selatan Komben Pol dr Syamsul Bahar mengatakan, berdasarkan pemeriksaan tim forensik, korban tewas akibat terjebak di dalam badan bus.
"Mereka terminum air akibat terkurung dalam mobil. Sebagian besar korban meninggal karena mengalami trauma setelah terjtuh ke jurang," kata Syamsul, seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (25/12/2019).
Salah satu korban dari kecelakaan maut tersebut adalah Ferri Afrizal (35) yang merupakan sopir dari bus yang melakukan perjalanan dari Bengkulu menuju Palembang tersebut.
Melansir dari Sripoku,Ayah Ferri, Jalaluddin (55) mengatakan, sebelum berangkat bekerja anaknya telah menunjukkan gelagat aneh.
Gelagat aneh itu terlihat ketika Ferri berpamitan hendak berangkat mengemudikan bus pulang pergi Palembang-Bengkulu pada Minggu (22/12/2019).
Tetapi saat itu, ia dan keluarganya tak menghiraukan dan meyakini bahwa Feri dalam keadaan yang sehat untuk bekerja.
"Anehnya cuma karena dia pamit sampai empat kali sama ibunya. Biasanya kan cuma sekali. Tapi kalau untuk kondisi fisik, keadaan dia sehat sekali.
Tidak ada sakit apapun," ujar Jalaluddin saat ditemuiSripoku di rumah duka di jalan Sematang borang Sako RT 007 RW 010 Perumahan Yasera Damai Kelurahan Sako Borang Palembang, Rabu (25/12/2019).
Baca Juga: Ular Kobra Bermunculan di Musim Hujan, Rupanya Harga Jeroan Binatang Berbisa Itu Lumayan Mahal
Ferri sendiri merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Jalaluddin mengatakan bahwa, seumur hidupnya, Ferri tak pernah menderita penyakit yang parah.
Diceritakan pula bahwa Ferri telah menjadi sopir selama 15 tahun.
Selama itu, Ferri mengemudikan truk dan bus yang kerap kali bepergian ke luar kota.
Namun, beberapa kali seblum kecelakaan terjadi, Ferri sempat ingin pindah ke perusahaan lain dari tempatnya bekerja saat ini.
Bahkan, rencananya, Ferri akan mulai bekerja di perusahaan baru pada tahun baru mendatang.
"Memang dia kerjanya sopir. Sering juga keluar kota. Pernah beberapa kali pindah perusahaan juga. Ini saja sebenernya sudah mau pindah.
Waktu itu melamar pekerjaan dan rencananya awal tahun baru akan kerja di tempat yang baru," terang Jalaluddin.
Malang, sebelum keinginannya tercapai, takdir sudah berkata lain.
Ferri tewas bersama puluhan penumpang yang ia bawa dalam sebuah kecelakaan nahas.
Walaupun demikian, Jalaluddin mengaku sudah ikhlas menerima kejadian ini dan menganggapnya sebagai musibah.
"Kami cuma bisa ikhlas dengan musibah ini. Ini adalah jalan ajal bagi anak kami dan hanya berdoa yang bisa kami lakukan untuk memenangkan perasaan ini sekarang," aku Jalaluddin.
Adapun jenazah Jalaluddin telah dimakamkan pada Rabu (25/12/2019) pukul 10.00 WIB.(*)