Sosok.ID - Nasib nahas dialami oleh seorang bocah berkebutuhan khusus, ZKA di Tangerang Selatan.
Bocah malang yang bahkan belum genap berusia 10 tahun ini ditemukan tewas dengan tubuh hangus terbakar di rumahnya sendiri pada Minggu (17/11/2019).
Lantaran kakinya dirantai oleh ayahnya sendiri, bocah berkebutuhan khusus ini tak bisa kabur menyelamatkan dirinya saat api melahap rumahnya.
Melansir Tribun Jakarta, Selasa (19/11/2019) besarnya api yang melahap rumah ZKA masih terngiang jelas diingatan para warga sekitar.
Akibat besarnya api yang membakar kontrakan berukuran 3x6 meter di Gang Sayur Asem, Setu, Tangerang Selatan seorang bocah berusia 10 tahun tewas terbakar.
Tubuh ZKA ditemukan sudah hangus terbakar usai petugas pemadam kebakaran berhasil memadamkan besarnya api yang melahap rumah.
Mirisnya lagi, saat ditemukan, tubuh ZKA yang hangus terbakar masih dalam kondisi kaki terantai.
Ya, dilansir Sosok.ID dari Tribun Jakarta dan Kompas.com, ZKA memang dikenal sebagai bocah berkebutuhan khusus di lingkungan rumahnya.
Lantaran hiperaktif, kedua orang tua ZKA kesulitan untuk mengendalikan emosi dan energi sang anak.
Tak ayal, sang anak kerap kali berlarian kesana-kemari, membahayakan dirinya tanpa ia sadari.
Tak mau terus-menerus mengkhawatirkan polah tingkah anaknya, kedua orang tua ZKA memutuskan untuk memasung anaknya sendiri dengan rantai di rumah.
ZKA dipasung dengan maksud agar tak berkeliaran ke jalan raya atau menganggu para warga sekitar dengan tingkahnya yang membutuhkan perhatian khusus.
Selama bertahun-tahun, ZKA dirantai oleh orang tuanya sendiri hingga para tetangga sekitar pun mengetahui kondisi sang bocah.
Diketahui, orang tua ZKA sendiri berasal dari keluarga yang tak punya.
Ayahnya, Suhin adalah seorang buruh serabutan yang tak punya penghasilan tetap.
Sementara sang ibu, Wagiani adalah ibu rumah tangga yang sakit-sakitan.
Empat puluh hari sebelum ZKA tewas terbakar di rumahnya sendiri, Wagiani meninggal dunia akibat penyakit ginjal dan diabetes yang ia derita.
ZKA dari awal memang tak pernah mendapatkan pengobatan atau perhatian khusus secara medis lantaran kedua orang tuanya tak memiliki biaya.
Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, kedua orang tuanya pun sepakat mengurung dan memasungnya di dalam rumah hingga bertahun-tahun.
Dikutip Sosok.ID dari Kompas.com, Selasa (19/11/2019) kondisi ZKA ini sempat diketahui oleh Dinsos Tangerang Selatan pada Maret 2019 lalu.
ZKA bahkan sempat dievakuasi dan dipindahkan ke rumah singgah Dinsos Tangerang Selatan.
Saat dievakuasi, kondisi ZKA sangatlah memprihatinkan.
Tubuhnya kurus dengan rambut yang tak terawat dan penuh dengan kotoran dan luka di sekujur tubuh.
Namun pada Mei 2019 lalu, kedua orang tua ZKA meminta kembali izin untuk mengasuh sang anak.
Izin ini pun diberikan Dinsos Tangerang Selatan tapi dengan perjanjian Suhin dan Wagiani tak lagi memasung anaknya.
Janji hanya sebatas janji di mulut saja, begitu sampai di rumah, ZKA kembali dipasung oleh kedua orang tuanya.
Tak lama dari kembalinya ZKA ke rumah, sang ibu Wagiani meninggal dunia.
Melansir Tribun Jakarta, seorang pemerhati anak sekaligus tetangga Suhin, Rida sempat merawat ZKA di awal-awal pasca kematian Wagiani.
Hal ini dilakukan Rida murni karena dirinya prihatin dengan kondisi ZKA.
Sebelum api menewaskan ZKA, rumah kontrakannya rupanya juga pernah sempat terbakar pada Oktober 2019 lalu.
Namun beruntung pada kejadian tersebut, warga berhasil memadamkan api dengan cepat.
Tapi api yang membakar rumah ZKA untuk kedua kalinya terjadi pada Minggu (17/11/2019) terlalu besar dan tak sempat dipadamkan oleh warga.
ZKA pun tak bisa melarikan diri karena terjebak di dalam rumah dalam keadaan terpasung.
Besarnya api yang melahap kontrakan berukuran 3x6 ini sampai merenggut nyawa ZKA.
Diduga api berasal dari kompor gas atau korek api yang diutak-atik ZKA saat sang ayah tak ada di rumah.
Hal ini pun sempat diakui Rida sebagai pengasuh ZKA selama ini.
Menurut Rida, memang ada kemungkinan ZKA mengutak-atik kompor gas sendirian karena lapar.
Sebelumnya diketahui, bila lapar ZKA akan berteriak untuk memberitahu orang-orang di sekitarnya.
Namun kali ini kuat dugaan bahwa ZKA mengutak-atik kompor gas atau korek api karena rasa lapar.
"Bocah itu kan hiperaktif, mungkin lapar jadi dia ngutak-ngutik kompor, kan kepantik api," ungkap Rida.
Terkait kejadian nahas ini Kepala Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Tangrang Selatan, Helina Mustikasari memberi peringatan keras.
Mengutip Kompas.com, Herlina Mustikasari mengimbau kepada para orang tua untuk tidak ada lagi tindak pemasungan terhadap anak apapun tingkah lakunya.
Pihak P2TP2A pun akan mengevaluasi dalam menangani anak, tak terkecuali yang berkebutuhan khusus.
"Imbauannya, memang tidak boleh ada pemasungan anak. Jadi, kami juga merasa prihatin, sedih dan terkejut.
Z harus berakhir dalam keadaan dipasung dan dirantai seperti ini.
Itu memang tidak bisa, ayahnya juga sudah diberitahukan, enggak bisa, tidak ada alasan apapun yang membuat keadaan sesaorang itu dipasung," tutup Herlina Mustikasari.
(*)