Sosok.ID - Pertempuran 10 November 1945 adalah aib bagi militer Inggris.
Pasalnya kesatuan Gurkha yang mereka banggakan sebagai pemenang Perang Dunia II digencet habis oleh Arek-arek Suroboyo.
Meremehkan lawan ialah satu langkah terlebih dahulu menuju kekalahan.
Awal mula masalah dimulai ketika kedatangan tentara Inggris di bawah bendera AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) yang dimandati oleh Sekutu mendarat di Surabaya 25 Oktober 1945.
Tugas AFNEI di Indonesia hanya ada tiga, melucuti tentara Jepang yang kalah perang, membebaskan tawanan perang yang ditahan Jepang serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya.
Tapi dalam prakteknya AFNEI membawa serta NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang ikut numpang ke Indonesia.
Spontan saja para pejuang dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Indonesia menolak kedatangan Inggris dan NICA.
Toh negeri ini sudah merdeka, maka masuknya militer asing bersenjata lengkap tidak dapat dibenarkan.
Kalau mau melucuti senjata tentara Jepang pihak keamanan Indonesia sudah mampu melakukannya.
Benar saja prediksi para pejuang, Inggris dan NICA punya rencana lain, yakni berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda atas Indonesia sebagai koloni jajahannya.
Hingga pada 18 September 1945 terjadilah perobekan bendera Belanda di hotel Yamato yang amat fenomenal itu oleh para pemuda Surabaya.