Begitu menerima kabar tersebut, Nyi Ageng Serang langsung beranjak menyiapkan pasukan elit yang dibentuknya untuk membantu Diponegoro.
Pasukan elit tersebut bernama Semut Ireng dengan panji-panji perang berupa bendera Merah-Putih atau yang disebut Panji Gula Kelapa layaknya bendera Indonesia saat ini.
Tak banyak anggota Pasukan Semut Ireng Nyi Ageng Serang hanya 500 personil saja.
Namun dengan ke-500 personil itu, Semut Ireng berhasil mengacak-acak kedudukan pasukan Belanda di Senag daerah Purwodadi dan Demak.
Pasukan kompeni Belanda amat takut jika bertemu dengan Semut Ireng.
Pos Belanda di Gambringan dan Purwodadi di sasak habis oleh pasukan Semut Ireng.
Apalagi di setiap pertempuran, Nyi Ageng Serang dengan kuda putihnya menghunus tombak selalu berada di garda terdepan memimpin langsung pasukan Semut Irengnya untuk menerjang musuh.
Pangeran Diponegoro yang mendengar kehebatan pasukan Semut Ireng ini sampai takjub.
Nyi Ageng Serang lantas dipasrahi merebut Jawa Tengah bagian timur dengan pasukan Semut Irengnya.
Mendapati mandat dari Diponegoro, Nyi Ageng Serang lantas menyusun taktik serangan.