Sosok.ID - Siti Hartinah atau yang akrab dipanggil Ibu Tien merupakan istri mantan presiden Soeharto.
Ibu Tien lahir di kalangan Ningrat, yakni dari pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo.
Ibu Tien meninggal pada 28 April 1996 di usia 72 tahun.
Yang menjadi perbincangan publik ialah penyebab kematian Ibu Tien yang masih misterius.
Baca Juga: Gentar dengan TNI, Kedua Negara yang Sempat Bertikai Ini Langsung Sepakat Berdamai
Mengutip buku berjudul Pak Harto, The Untold Stories, Sabtu (5/10/2019) pasalnya publik ada yang termakan isu jika ibu Tien meninggal akibat tertembak.
Pasalnya ada isu yang berkembang di masyarakat dimana Tien meninggal karena dua anak lelakinya, Tommy dan Bambang, saling berebut proyek mobil nasional.
Keduanya pun terlibat baku tembak hingga satu di antara tembakan kemudian mengenai Tien.
Namun hal ini dibantah keras oleh Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto.
Baca Juga: Pertempuran Sengit! Saat Resimen Pelopor Indonesia Tanpa Ampun Ledakan Kapal AL Malaysia
Pensiunan polisi itu menjadi saksi detik-detik wafatnya Tien Soeharto pada 1996 silam.
Sutanto menceritakan bagaimana pak Harto setia mendampingi Tien diakhir hayatnya.
"Saya menyaksikan langsung bagaimana Pak Harto mengalami kesedihan yang amat mendalam," kata Sutanto dalam buku itu.
Sutanto melihat saat itu pak Harto tetap tabah.
"Ibu Tien telah banyak berkorban dan menemani Pak Harto dalam suka dan duka. Namun, dalam keadaan itu Pak Harto tetap nampak tegar, tenang, dan tabah," ujar Sutanto.
Mengenai isu ibu Tien meninggal karena terkena tembakan, ia bantah keras-keras.
"Itu adalah rumor dan cerita yang sangat kejam dan tidak benar sama sekali. Saya saksi hidup yang menyaksikan Ibu Tien terkena serangan jantung mendadak, membawanya ke mobil, dan terus menunggu di luar ruangan saat tim dokter RSPAD melakukan upaya medis," jelasnya.
Melalui kesaksiannya ini ia berharap tak ada lagi masyarakat yang termakan rumor tak benar tersebut.
"Saya harap jangan sampai rumor tidak benar itu tetap dipercaya oleh sebagian orang yang hingga kini terus menganggapnya benar," ujar Sutanto.(*)