Mengetahui fakta ini maka Letkol Simbolon membentuk operasi penyelidikan guna mengetahui dimana target berada.
Satu persatu tim menciduk orang-orang yang dicurigai jaringan Xanana.
Pengorekan informasi terhadap para terduga ini tidaklah mudah, mereka tetap bungkam walau akhirnya tim berhasil memaksa mereka buka mulut.
Hasil interogasi kemudian membawa tim menemui orang kepercayaan Xanana yakni Paulo Alves yang berperan sebagai Pembuka Jalan jika sedang mengawal pemimpin Fretilin itu.
Namun sial bagi tim, saat Paulo hendak digrebek pada 12 November 1992 target berhasil lolos.
Tim frustrasi lantaran operasi penangkapan Xanana terancam gagal.
Akan tetapi titik terang kembali datang saat tim melakukan penelusuran secara estafeta pada peristiea Bunaria Komplek-Same 1990.
Keuletan dan kerja keras tim akhirnya membuahkan hasil.
Dari keterangan seorang estafeta Xanana yakni Yose Tilman alias Akasio, tim berhasil mengendus persembunyian Xanana.
Xanana disinyalir bersembunyi dalam lubang bawah tanah milik seorang anggota polisi Koptu Augusto Pereira di Desa Lahane Barat, Dili.
Tak mau menyia-nyiakan peluang, Letkol Simbolon langsung perintahkan tim pemburu bergerak untuk secepat mungkin menyergap Xanana.