Jadi yaah, pengalaman perempuan ngadepin laki-laki memang harus ada jam terbangnya," lanjutnya sambil berseloroh.
Kendati demikian, di awal-awal pernikahannya dengan Bambang, Mayangsari sempat terlintas pemikiran untuk menyerah menghadapi sang suami.
Namun kembali lagi ke awal, Mayangsari mengatakan pada akhirnya ia harus mengerti bahwa memang sifatnya dengan sang suami saling berkebalikan.
Bila tidak ingin merubah diri, setidaknya harus ada rasa pengertian dan toleransi satu sama lain.
"Tapi kalau untuk aku sendiri sih awalnya terus terus terang aku ngerasa jomplang. Kayak 'duh kok begini ya, lama-lama gue kayak radio rusak'.
Ya gitu aku kan bukan perempuan yang karakternya harus diam banget, pura-pura. Enggak bisa.
Ya untungnya aku dari awal aku enggak pernah menunjukkan tanda-tanda bakal merubah diri untuk orang, apa adanya aja. Terpenting sih saling pengertian, perhatian satu sama lain," lanjutnya.
Mayangsari pun berusaha untuk mengimbangi sifat suaminya yang seperti itu dengan bersikap lebih aktif tanpa mengesampingkan peran Bambang dalam keluarga.
"Kalau Mas bambang itu diamnya dia itu ya aku hargain. Tapi untuk aku sendiri, memang aku yang harus lebih aktif sih. Tapi aktif bukan berarti dominan ya.