Dalam buku berjudul "Biografi Soedarpo Sastrosatomo", karangan Rosihan Anwar, kakek dari Bani M Mulia adalah penghubung antara Sutan Syahrir dengan Soekarno-Hatta ketika perundingan Linggarjati sedang berlangsung.
Dari meja perundingan di tanah air, karir diplomasi Soedarpo berlanjut ke New York, Amerika Serikat.
Menurut Rosihan Anwar pada 1948 bersama LN Palar, Soemitro dan Soedjatmoko, Soedarapo ditugaskan di Kedutaan Besar Republik Indonesia.
Dia ditunjuk sebagai atase pers.
Di negeri Paman Sam, Soedarpo dan Soemitro meminta dukungan pemerintah Amerika atas kedaulatan Indonesia.
Namun karir politik Soedarpo muda terhenti ketika ia secara resmi mengajukan permohonan berhenti sebagai diplomatik saat Ali Sastroamidjojo menjabat menjadi Dubes di Amerika tahun 1950.
Kisah unik dari Soedarpo adalah sebelum ia mengundurkan diri jadi diplomat Indonesia di AS, ia sempat berkeliling Indonesia selama tiga bulan untuk mengamati bisnis apa yang bisa ia jajaki apabila keluar dari dunia politik.
Nasib baik dipihak Soedarpo, dengan usaha yang cukup keras dan kegigihan yang tak terhenti akhirnya ia sedikit demi sedikit bisa membangun bisnis yang luar biasa sukses.
Bahkan perusahaan yang ia dirikan PT. Samudera Indonesia menjadi perusahaan besar, bahkan aset yang dimiliki oleh perusahaan keluarga Soedarpo Sastrosatomo ini diperhitungkan di kancah Internasional.
Dilansir dari Forbes.com, tercatat aset kekayaan bisnis milik keluarga Soedarpo Sastrosatomo pernah meraih peringkat 37 keluarga terkaya versi Forbes tahun 2006.