Follow Us

Kisah di Balik Bahan Pembuatan Bendera Merah Putih Buatan Fatmawati

Dok Grid - Jumat, 18 Agustus 2023 | 09:50
Soekarno saat membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Wikipedia

Soekarno saat membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Disaat yang bersamaan, seorang pemuda bernama Lukas Kustaryo (Di kemudian hari masuk militer dengan pangkat terakhir Brigjen) yang berada di kediaman Soekarno.

Ibu Fat kemudian menyuruh pemuda ini untuk mencari kain merah untuk bendera pusaka.

Baca Juga: Laksamana Maeda, Peran Pentingnya Mencari Lokasi Dimana Soekarno-Hatta Diculik Oleh Golongan Muda Menjelang 17 Agustus 1945

Menurut penuturan Lukas Kustaryo, pada majalah Intisari edisi Agustus 1991, dia lantas berkeliling dan akhirnya menemukan kain merah yang tengah dipakai sebagai tenda sebuah warung soto.

Bendera Merah Putih
Creative Commons

Bendera Merah Putih

Akhirnya, Ibu Fat menjahit bendera Merah Putih yang baru dengan ukuran 276 x 200 cm malam itu juga untuk digunakan keesokan harinya.

Bendera itu akhirnya dikibarkan pada hari Jumat 17 Agustus 1945 sekaligus menjadi bendera pusaka di kemudian hari.

Sang Saka Merah Putih terakhir kali berkibar pada 1969, kemudian pemerintah RI membuat bendera duplikat dengan ukuran 300 x 200 cm.

Namun demikian, kisah tersebut diluruskan melalui Buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno, volume 1, yang terbit 1978.

Melalui buku tersebut, Fatmawati menceritakan, dari mana dia mendapatkan kain untuk bendera merah putih tersebut.

Dalam buku tersebut, Ibu Fat menceritakan, suatu hari, Oktober 1944, tatkala kandungannya berumur sembilan bulan (Guntur lahir pada 3 November 1944), datanglah seorang perwira Jepang membawa kain dua blok.

Dengan kain itulah, Ibu Fat menjahitkan sehelai bendera merah putih dengan menggunakan mesin jahit tangan.

Source : hot.grid.id

Editor : Sosok

Latest