Sosok.id - Sekilas tak ada yang berbeda dari Bhagas Nakshatrasakti jika dibandingkan dengan mahasiswa baru UGM yang lain.
Tetapi jika ditelusuri lebih dalam identitasnya mungkin akan berbeda.
Pasalnya ia masih berusia 15 tahun.
Oleh karena itu, ia dinobatkan sebagai mahasiswa termuda Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 2019.
Melansir dari Kompas.com, ia mengaku lahir pada tahun 2003.
Baca Juga: Terpaksa Menunggu Hingga KRL Kembali Beroperasi Akibat Kehabisan Ongkos Saat Listrik Padam
"Saya kelahiran Jakarta 23 Oktober 2003," ujar Bhagas, saat ditemui di pembukaan Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) di Lapangan Grha Sabra Pramana UGM, Sabtu (3/8/2019).
"Saat ini, usia saya 15 tahun," jelasnya.
Bhagas juga menceritakan, ia masuk sekolah dasar (SD) saat berusia 5 tahun.
Kemudian, setelah duduk di bangku kelas IV SD ia ditawari untuk ikut program akselerasi.
Ia pun menyetujui tawaran tersebut.
Setelah masuk ke jenjang sekolah menengah pertama (SMP) ia juga mengikuti program akselerasi.
Namun, ia tidak meneruskan program akselerasi saat menempuh sekolah menengah atas (SMA).
Ia berdalih ingin merasakan sekolah reguler.
Saat itu ia memilih bersekolah di SMA Al Izhar. Pondok Labu, Jakarta Selatan.
"Saya bertekad untuk tidak masuk akselerasi lagi. Jadi SMA saya tempuh selama tiga tahun, ya kalau akselerasi mungkin masuk perguruan tinggi usia saya 14 tahun," ujarnya.
Selama menempuh pendidikan di SMA itu ia sering mengikuti berbagai lomba.
Seperti kompetisi matematika dan lain-lain.
Ia juga mulai mengikuti misi budaya dan sering pentas di luar negeri.
“Saya sering pentas keluar negeri saat kelas X dan XI SMA, pentas memainkan alat musik perkusi," ungkap dia.
Setelah lulus SMA, Bhagas memutuskan untuk melanjutkan kuliah di UGM.
Ia masuk ke International Undergraduate Program UGM, Fakultas Biologi.
"Biologi itu hal yang mendalami kehidupan dan membahas soal-soal dasar dari kehidupan tersebut," ujar dia.
Berdasarkan pengakuannya, kuliah di program IUP merupakan impiannya sejak lama.
Sebab, ia ingin merasakan kuliah dengan atmosfer internasional.
Seperti, belajar dengan menggunakan bahasa Inggris dan merasakan langsung pengajaran oleh beberapa pengajar asing.
Baca Juga: Meriam Si Jagur, Kisah dan Kontroversi Simbol Tangan Mengepal yang Dianggap Vulgar
Karena, menurutnya, persaingan di masa mendatang akan menjadi persaingan level internasional.
"Kedepan persaingan itu di dunia internasional, dan program-program seperti itu sangat diperlukan saat ini. Memang ingin masuk IUP," ujar dia.
Anak pasangan Raski Pungkasari dan Bayu Wisanto Gunawan Notomo ini menuturkan, bercita-cita menjadi seorang biotek engineering.
Selain itu, ia juga ingin memiliki perusahaannya sendiri.
Meski usianya lebih muda dari teman-temannya yang lain, Bhagas tidak merasa canggung.
Ia akan tetap bergaul seperti biasa dengan yang lain.
"Giat belajar dan tetap have fun dengan teman-teman kuliah," pungkasnya.(*)