Sosok.ID- Seorang perempuan berinisal C (31) asal kecamatan Bangkala, Barat Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, tewas usai menenggak racun.
Wanita tersebut ditemukan tewas di rumah kekasihnya yang bernama Ramli (37).
Mengutip Gridhot.ID, Rabu (10/7/2019) padahal sebelum meninggal, korban sempat mendapat perawatan di Puskesmas Bangkala dan hendak dirujuk ke RS Padjonga Dg Ngalle Takalar.
Namun tetap saja nyawanya tak tertolong.
Baca Juga: Geronimo, Orang yang Pertama Kali Dilabeli Pemerintah Amerika Serikat Sebagai Teroris
Kini penyebab kenapa wanita tersebut bunuh diri mulai terkuak.
Korban sengaja menenggak racun karena kecewa keputusan keluarganya menolak lamaran Ramli.
Lamaran Ramli ditolak gegara uang Panaik yang dibayarkan untuk menikahi korban kurang.
"Awalnya dia dilamar sama pacarnya, sebelum bulan Ramadan dengan membawa uang panaik Rp 10 Juta," kata kerabat korban yang enggan disebut namanya saat ditemui TribunJeneponto.com, Selasa (9/7/2019).
Baca Juga: Kejadian Tunguska, Insiden Mengerikan yang Hampir Buat Dunia Kiamat dalam Sekejap
"Tapi ditolak oleh pihak keluarga karena mereka minta Rp 15 juta agar direstui pihak keluarga perempuan," sambungnya.
Karena mendapati kenyataan itu, korban sepakat kawin lari saja dan tinggal di rumah Ramli.
Usai kawin lari, Ramli dan keluarga mencoba kembali menemui orang tua korban.
Tujuannya untuk melamar kembali agar perkawinan antara keduanya sah.
Baca Juga: Cari Nafkah Halal Jadi Kuli, Rafdi Anak Wakil Walikota Tidore Malah Dicemooh Teman-temannya
Namun lagi-lagi, keluarga korban tetap ngotot minta uang panaik sebesar Rp 15 juta.
"Mungkin gara-gara itumi na minum racun ini C hingga meninggal dunia," tuturnya.
Sementara itu budayawan, Prof Dr Nurhayati Rahman menjelaskan, sebenarnya uang panaik mempunyai nilai leluhur yang sangat baik.
Budaya uang panaik sudah ada sejak zaman Raja Luwu I La Galigo. Waktu itu, Sawerigading menikahi We Cudai dengan uang panaik berupa uang, emas, bingkisan-bingkisan atau erang-erang sebanyak satu kapal penuh.
"Itulah sejarah singkatnya uang panaik sudah ada sejak zaman I La Galigo. Uang panaik bersangkut paut dengan harkat dan martabat seorang laki-laki, supaya dia bekerja keras," kata guru besar Universitas Hasanuddin (Unhas), Rabu (7/3/2018). (*)