Kisah Nabi Yunus AS, Menyesali Hidupnya dari Dalam Perut Ikan Paus

Kamis, 13 Oktober 2022 | 06:22
Ilustrasi/Pixabay

Ilustrasi paus dalam kisah Nabi Yunus

Sosok.ID -Sebagai manusia, kita dilengkapi Allah dengan karsa atau kemampuan untuk berkehendak.

Namun, seringkali nafsu lebih besar daripada logika, sehingga kita tidak berpikir matang sebelum bertindak.

Akhirnya penyesalan datang.

Salah satu Nabi yang mengajarkan kepada kita tentang konsekuensi penyesalan adalah Nabi Yunus.

Nabi Yunus hidup sekitar abad ke-8 Setelah Masehi, tepatnya setelah masa Nabi Ilyas dan Ilyasa.

Beliau disebutkan berasal dari Palestina atau saat itu disebut sebagai negeri Syam.

Allah memerintahkan Nabi Yunus untuk menyeru penduduk Ninawa agar menyembah-Nya.

Kota Ninawa sendiri terletak di Mosul, Irak.

Kisah Nabi Yunus dalam Al-Qur’an

Nabi Yunus termasuk salah satu Nabi yang kisahnya diceritakan berkali-kali dalam Al-Qur’an.

Bahkan, namanya diabadikan menjadi salah satu surah.

Allah menceritakan kisah Nabi Yunus sebanyak empat kali dalam kitab-Nya tersebut.

Pertama, kisah Yunus alaihissalam disebutkan Allah dalam Surah Yunus (10) ayat 98:

“Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus) itu beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.”

Kemudian Allah menyebutkannya pada Surah Al-Anbiya’ (21) ayat 87—88:

“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim’.

Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”

Pada suatu ketika, Nabi Yunus menemui penduduk Ninawa yang sedang melakukan ritual penyembahan berhala.

Kedatangan Nabi Yunus ditolak oleh para penduduk, bahkan mereka mengolok-olok dan menghinanya.

Sehingga hal ini menyebabkan Nabi Yunus marah dan meninggalkan mereka.

Kemudian Allah SWT meminta Nabi Yunus untuk memberitahukan kepada kaumnya bahwa Allah akan memberikan azab.

Saat meninggalkan kampung Ninawa, Nabi Yunus sudah tidak mengharapkan keimanan para penduduknya.

Beliau pergi dengan perasaan penuh amarah dan kecewa dengan kaumnya.

Setelah penduduk mengetahui bahwa Nabi Yunus telah pergi, maka azab benar-benar diturunkan oleh Allah SWT.

Para penduduk sadar bahwa azab ini datangnya dari Allah SWT, maka sejak itu mereka memutuskan untuk bertobat kepada Allah SWT.

Ketika azab datang, Allah melihat adanya kejujuran tobat yang dilakukan oleh kaum wanita, laki-laki dan anak-anak yang berdoa menyebut nama Allah.

Mereka berdoa kepada Allah karena takut akan azab yang telah menimpanya.

Sehingga Allah menghentikan azab tersebut, sebagaimana yang termaktub dalam salah satu surah Alquran berikut ini:

“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (QS. Yunus: 98)

Melihat peristiwa azab yang menimpa penduduk Ninawa, Nabi Yunus tetap meninggalkan kampung tersebut.

Padahal Allah belum mengizinkan beliau untuk pergi meninggalkan para kaumnya.

Namun Nabi Yunus sudah terlanjur marah kepada kaumnya.

Setelah itu Nabi Yunus pergi ke tepi laut dan menaiki sebuah kapal.

Tiba-tiba kapal yang dinaiki beliau oleng terombang ambing karena dahsyatnya ombak.

Untuk mengatasi kapal yang oleng ini, para penumpang memutuskan untuk mengurangi barang-barang bawaan dan melemparkannya ke laut.

Barang-barang yang dilemparkan ke laut tak cukup untuk menampung beban.

Sehingga para penumpang membuat kesepakatan agar jumlah orang yang menumpang juga dikurangi dan salah satu harus melemparkan diri ke laut.

Kemudian para penumpang kapal memutuskan untuk membuat undian.

Hal ini disepakati bahwa siapa saja yang keluar namanya, maka harus bersedia melemparkan diri ke laut.

Setelah dilakukan undian, maka nama Nabi Yunus yang keluar.

Para penumpang tak enak hati apabila harus melihat Nabi Yunus yang harus melemparkan diri ke laut.

Akhirnya mereka mengundi lagi, akan tetapi nama Nabi Yunus keluar lagi hingga tiga kali berturut-turut.

Ditelan ikan paus

Dengan perasaan pasrah, Nabi Yunus akhirnya melemparkan tubuhnya ke laut.

Setelah tubuh tenggelam di kedalaman laut, Allah telah mengirimkan ikan paus dan mengilhamkan kepada ikan tersebut agar menelan Nabi Yunus tanpa merobek dan melukainya.

Akhirnya ikan paus tersebut benar-benar menelan Nabi Yunus tanpa merobek dagingnya dan mematahkan tulangnya.

Saat berada di dalam perut ikan, Nabi Yunus hanya melihat kegelapan dan tak ada makanan yang dapat dikonsumsi.

Nabi Yunus akhirnya menyadari bahwa hal ini merupakan buah dari tidak sabar dalam menghadapi kaumnya.

Sehingga beliau berdoa dan memohon ampun kepada Allah AWT.

Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam salah satu surah Alquran berikut ini.

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”–Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anbiyaa’: 87-88)

Allah SWT telah memperkenankan doa Nabi Yunus dan mengeluarkannya dari perut ikan.

Nabi Yunus dilemparkan di pinggir laut yang tandus dalam keadaan sakit.

Kemudian Allah menumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu untuk beliau konsumsi.

Sebagaimana dalam salah satu surah Alquran, Allah SWT berfirman:

“Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.– Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.” (QS. Ash-Shaaffaat: 145-146).

Setelah itu Nabi Yunus diperintahkan oleh Allah SWT untuk kembali menemui kaumnya.

Hal ini dilakukan untuk memberitahu bahwa Allah SWT telah menerima taubat para penduduk.

Di samping itu, Allah juga akan memberikan mereka kenikmatan hidup hingga waktu tertentu.

Sebagaimana dalam salah satu surah Alquran berikut ini.

“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.–Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (QS. Ash-Shaaffaat: 147-148).

Baca Juga: Kisah Nabi Ibrahim, Menyaksikan Kuasa Allah SWT Menghidupkan Kembali Burung yang Mati

Tag

Editor : May N