Tiongkok Makin Nekat Kuasai Laut China Selatan, Indonesia Ambil Tindakan Bersama 20 Angkatan Laut Negara Lain Lakukan Hal Ini!

Rabu, 11 Agustus 2021 | 17:31
tangkap layar Global Times

(Ilustrasi) Tiongkok Makin Nekat Kuasai Laut China Selatan, Indonesia Ambil Tindakan Bersama 20 Angkatan Laut Negara Lain Lakukan Hal Ini!

Sosok.ID - Kondisi Laut China Selatan memang dikabarkan memanas akhir-akhir ini setelah beberapa kali Tiongkok semakin gencar lakukan provokasi.

Bukan tanpa alasan, hal itu dilakukan setelah China beberapa waktu lalu mengklaim kawasan yang berbatas langsung dengan negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia tersebut.

Tujuannya tak lain adalah ingin menguasai wilayah yang cukup ramai dilalui jalur laut tersebut.

Namun demikian, kini negara-negara di ASEAN agaknya tak ingin tinggal diam.

Baca Juga: Bahaya, Terdeteksi Menguntit di Bawah Laut, Kapal Perang Inggris Jadi Target Kapal Selam Nuklir China di Laut China Selatan

Seperti yang terlihat baru-baru ini saat Angkatan Laut Indonesia bersama 20 negara lain menggabungkan diri.

Latihan militer bertajuk Kerjasama dan Pelatihan Asia Tenggara (SEACAT) di bawah komando Amerika Serikat (AS) sedang berlangsung di Singapura dan secara online.

Masuk tahun ke-20, latihan militer tahunan bergulir pada Selasa (10 Agustus) dan melibatkan Angkatan Laut dari 21 negara.

Yakni, Australia, Bangladesh, Brunei, Kanada, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Maladewa, Selandia Baru, Filipina, Korea Selatan, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Timor Leste, Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Vietnam .

Baca Juga: Getol Rebut Laut China Selatan, Tiongkok Tak Berani Lawan Negara-negara di Asia Tenggara Gegara Indonesia, Diam-diam RI Buat Pasukan Gabungan ASEAN?

Dalam sebuah pernyataan, Armada ke-7 Angkatan Laut AS mengatakan, latihan militer tahun ini mencakup 10 kapal perang dan lebih dari 400 personel.

Latihan militer tersebut dirancang untuk mendorong negara-negara menggunakan kekuatan maritim mereka guna meningkatkan pemahaman tentang “lingkungan operasional, membangun kapasitas untuk misi dukungan kemanusiaan, serta menegakkan hukum dan norma internasional,” kata Armada ke-7 Angkatan Laut AS, seperti dikutip Al Jazeera.

SEACAT berlangsung saat China dan Rusia juga melakukan latihan militer bersama di wilayah Ningxia, China, dan AS bersiap untuk menggelar latihan militer dengan Korea Selatan yang telah meningkatkan ketegangan dengan Korea Utara.

Mempraktikkan intersepsi multilateral

Selama latihan SEACAT, sebuah pos operasi di International Fusion Centre di Singapura akan berfungsi sebagai pusat untuk koordinasi krisis dan berbagi informasi.

Baca Juga: Laut China Selatan Mendidih Saat Joe Biden dan Kamala Harris Menantang China, Menlu Beijing Sebut AS Sok Superior

Dalam latihan, "Angkatan Laut yang berpartisipasi melacak kapal dagang yang mensimulasikan kapal kepentingan yang mencurigakan di seluruh laut Asia Tenggara," sebut Armada ke-7 Angkatan Laut AS.

Laut China Selatan, yang diklaim hampir seluruhnya oleh China tetapi juga oleh negara-negara Asia Tenggara termasuk Filipina, Vietnam, dan Malaysia, merupakan salah satu jalur perairan tersibuk di dunia dan telah menjadi fokus kepentingan maritim yang semakin meningkat.

“Skenario dirancang untuk mendorong negara-negara untuk bekerja sama melalui aset kesadaran domain maritim untuk lebih memahami operasi dan kepatuhan terhadap norma-norma internasional,” kata Kapten Tom Ogden, komandan Destroyer Squadron 7 AS.

Baca Juga: China Bersumpah Balas Dendamatas Penjualan Senjata Pertama Joe Biden untuk Taiwan

“Mempraktikkan intersepsi multilateral, multi-platform membantu mitra Asia Tenggara kami bersiap untuk kemungkinan keterlibatan dunia nyata di masa depan,” imbuh dia.

SEACAT bergulir pada 2002 lalu awalnya latihan militer betajuk Kerjasama Asia Tenggara Melawan Terorisme.

Baca Juga: Dikepung Negara-negara Dengan Kapal Induk di Laut China Selatan, Tiongkok Tak Gentar, Ternyata Rudal Ini Jadi Kunci Hancurkan Musuh!

Peluncuran latihan militer tersebut setelah serangan September 2001 di AS dan berganti nama pada 2012 untuk fokus memajukan pelatihan di antara Angkatan Laut dan Penjaga Pantai di Asia Selatan dan Tenggara untuk mengelola tantangan, termasuk pembajakan dan penyelundupan.

Beberapa organisasi internasional dan non-pemerintah juga mengambil bagian dalam latihan militer tersebut tahun ini. Termasuk, United Nations Office of Drugs and Crime (UNODC), EU Critical Maritime Route Wider Indian Ocean (CRIMARIO), dan International Committee of the Red Cross (ICRC). (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kontan.co.id

Baca Lainnya