Media AS Soroti Kasus Meninggalnya Dokter-dokter di Kudus meski Telah Divaksin Sinovac, Indonesia Diduga Jadi Studi Kasus Kekhawatiran Varian Delta

Minggu, 27 Juni 2021 | 16:28
Facebook

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengunjungi pemakaman jenazah pasien Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Rabu (23/6/2021).

Sosok.ID-Ditemukan pertama kali pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China, virus corona baru yang kini merebak di dunia telah bermutasi menjadi berbagai varian.

Salah satu varian yang membuat khawatir masyarakat adalah varian Delta dari India yang kini sudah masuk di Indonesia.

Covid-19 varian delta dikonfirmasi merebak di Kudus, Jawa Tengah, menyebabkan lonjakan infeksi di kota tersebut.

Ilmuwan dunia bahkan menyoroti kematian dokter-dokter di Kudus akibat virus varian Delta.

Baca Juga: Covid-19, Wakapolres Jakarta Selatan Menangis di Trotoar Saat Warga yang Ditolongnya Meninggal Dunia, Sempat Janji pada Keluarga Korban

Melansirhindustantimes.com(26/6/2021),dikatakan bahwa Indonesia tampaknya adalah studi kasus untuk negara di mana varian Delta mengkonfirmasi beberapa kekhawatiran.

Hal itu terkait adanya kematian dokter di Kudus akibat Covid-19 meski telah diberi vaksin Sinovac asal China.

Vaksin tersebut memang digadang-gadang tak lagi efektif sejak muncul banyaknya varian-varian baru.

Meski di Indonesia sendiri kabar tersebut tak ramai dibahas,namun media luar negeriNew York Times telah melaporkannya.

Baca Juga: Rizieq Shihab Berbohong Soal Hasil Tes Usap Covid-19

New York Timesmelaporkan bahwa para dokter dan petugas kesehatan yang menjadi garda terdepan di pusat penanganan penyakit Covid-19 di Indonesia banyak yang meninggalmeski telah diberi vaksin Sinovac buatan China.

Dalam laporan yang dimuat pada Jumat, dikatakan Ikatan Dokter Indonesia menyatakan setidaknya 20 dokter telah meninggal meski mereka telah divaksin lengkap dengan vaksin Sinovac.

Sementara status vaksinasi sebanyak 31 orang lainnya yang meninggal dalam lima bulan terakhir saat ini sedang dalam pendalaman.

Di antara para profesional kesehatan masyarakat yang meninggal setelah divaksinasi dengan Sinovac adalah Dr. Suhendro Sastrowiwoho.

Baca Juga: Muhaimin Iskandar Beberkan Vaksinasi Covid-19 Indonesia Ketinggalan Jauh dari Negara Lain

Ia merupakan seorang petugas medis garis depan di kota Kudus di Jawa.

Meskipun dia telah menerima dosis ganda vaksin buatan China, dia meninggal hanya beberapa hari setelah dites positif Covid-19 pada 18 Juni, kata laporanNYT.

Kemudian, dua perawat dan ahli gizi, semuanya telah divaksinasi lengkap, juga meninggal bulan ini di kota yang sama.

Akibatnya, peristiwa tersebut dipandang sebagai studi kasus di mana varian Delta baru mengkonfirmasi beberapa kekhawatiran paling tidak wajar dari komunitas ilmiah.

Baca Juga: China Panik, Ilmuwan Amerika Temukan Data Asal Muasal Virus Covid-19

Kekhawatiran yang dimaksud yaitu kemanjuran vaksin tertentu yang gagal dalam menangani jenis tertentu.

Penilaian kemanjuran awal tahun ini di antara petugas kesehatan Indonesia telah menunjukkan keberhasilan Sinovac melawan kematian akibat infeksi, tetapi efeknya pada varian Delta belum banyak dipelajari.

Sebanyak 358 tenaga medis yang telah divaksinasi lengkap dengan vaksin Sinovac, dinyatakan positif Covid-19 selama rentang waktu dua minggu di kota kecil Kudus, kata laporanNYT,mengutip tim mitigasi risiko Ikatan Dokter Indonesia.

Disebut, kurang dari 5% dari total populasi Indonesia saat ini telah divaksinasi, meskipun kampanye inokulasi dimulai pada bulan Januari.

Baca Juga: Covid-19 Varian Delta Lebih Mewabah, Kemenkes : Akan Cepat Penularannya

Dari mereka yang telah divaksinasi, sebagian besar menerima dosis Sinovac, vaksin tersebut kini dipertanyakan keefektivannya terhadap varian Covid-19 tertentu.

Bukan hanya Indonesia, negara-negara lain seperti Mongolia, Seychelles, dan Bahrain yang mengandalkan vaksin Covid-19 China yang mudah diakses, juga berjuang melawan lonjakan infeksi sekarang, laporNYT.

Seiring munculnya varian-varian baru dari virus yang menyebabkan penyakit Covid-19, kinerja vaksin dari berbagai merek juga akandiperhatikan.

Sebab diduga tidak semua vaksin dapat menangkal seluruh varian dari virus corona baru yang banyak bermutasi ini. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Intisari Online

Baca Lainnya