Diberi Tiga Pilihan oleh Soeharto, Terungkap Jawaban Dewi Soekarno yang Jadi Penentu Nasib Kepemimpinan Soekarno

Selasa, 25 Mei 2021 | 20:42
Instagram @kartikasoekarnofoundation

Potret Presiden Soekarno mencium pipi Ratna Sari Dewi

Sosok.ID - Sudah menjadi rahasia umum bila Presiden Pertama RI Soekarno memiliki kharisma yang memikat.

Karenanya, tak heran bila sosok yang akrab disapa Bung Karno itu memiliki banyak istri.

Selama hidupnya, Soekarno pernah menikah sebanyak sembilan kali.

Setiap istri Soekarno pun masing-masing memiliki kisah cinta yang menarik dengan sang Proklamator.

Baca Juga: Dijuluki Janda Perawan, Terungkap Awal Mula Siti Oetari Jatuh Cinta dengan Soekarno, Nenek Maia Estianty Ternyata Sempat Dibuat Klepek-klepek oleh Rayuan Maut Bung Karno

Salah satu yang mencuri perhatian adalah Ratna Sari Dewi.

Istri ke-5 Soekarno ini banyak disorot karena kecantikannya.

Berdarah Jepang, wanita yang juga dikenal sebagai Dewi Soekarno itu menikah dengan Soekarno pada 1962.

Tak lama setelah menikah, Dewi Soekarno dihdapkan pada pergolakan politik dan kekuasaan Soekarno pasca-peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Baca Juga: Kenang Masa Lalu, Ratna Sari Dewi Ungkap Proklamator Indonesia Kalahkan 3 Miliarder Asal AS dan Filipina Demi Taklukan Cintanya

Kekuasan Soekarno saat itu mulai melemah.

Terutama pasca-peristiwa Supersemar atau Surat Perintah 11 Maret.

Soekarno “dikabarkan” memberi mandat kepada Soeharto untuk memulihkan stabilitas politik nasional yang goyah akibat Gerakan 30 September 1965.

Kata “dikabarkan” sebenarnya untuk menunjukkan mengenai polemik yang terjadi seputar Supersemar.

Baca Juga: Ingin Punya Istri Orang Jepang? Ternyata Tak Sulit, Mantan Istri Soekarno Beberkan Banyak Wanita Negeri Sakura Ingin Menikah Tapi Tak Berani

Banyak yang meragukan adanya pemberian mandat itu.

Apalagi, hingga saat ini naskah asli Supersemar tidak pernah ditemukan.

Aiko Kurasawa dalam bukunya berjudul Peristiwa 1965: Persepsi dan Sikap Jepang, menulis, Dewi melakukan berbagai upaya rekonsiliasi antara Soekarno dan Angkatan Darat.

Dalam diskusi di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (10/3/2016), Aiko menuturkan, Dewi rela pergi ke Jepang Pada 6 Januari 1966.

Baca Juga: Ibu Negara Pertama Republik Indonesia, Penjahit Bendera Sang Saka Merah Putih, Begini Kisahnya Mendukung Ir Soekarno Sebelum Proklamasi Kemerdekaan

Dewi bertemu dengan Perdana Menteri Sato agar memberikan dukungan bagi Soekarno.

"Namun, saat itu, Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk berada di sisi Soeharto, dan secara bertahap meninggalkan Soekarno," ujar Aiko.

Dalam periode tahun 1965, Jenderal M Jusuf sempat mendatangi Dewi sambil menyampaikan dirinya diutus oleh Soeharto.

Jusuf prihatin dengan posisi Soekarno yang selalu dikelilingi oleh Soebandrio dan Hartini yang dianggap pro-PKI.

Baca Juga: Sosok Mohammad Achadi, Pemuda yang Dipilih Bung Karno Jadi Menteri Meski Baru Lulus Kuliah, Selalu Ingat Perkataan Sang Proklamator: Apapun Kau Kujadikan, Tirulah Saya!

Atas dasar itu, Jusuf minta Dewi untuk membujuk suaminya agar menyerahkan kekuasaan politik kepada Soeharto secara damai, dengan sepenuhnya tetap menyandang status sebagai presiden.

Jusuf mengatakan, hanya Dewi yang mampu membujuk Soekarno.

Menurut Aiko, pasca-Supersemar Dewi belum menyadari dampak serius Supersemar terhadap suaminya.

Dewi juga disebut sangat gembira dengan pelarangan PKI dan penahanan Soebandrio.

Baca Juga: Sifat Kepemimpinannya Dinilai Bukan Berasal dari Darah Pribumi, Soekarno Sempat Dituding Sebagai Anak Haram Tuan Tanah Belanda

Pada 15 Maret 1966, Dewi merencanakan jamuan makan malam untuk merayakan pelarangan terhadap PKI.

Namun, acara dibatalkan karena Soekarno marah besar ketika mendengar rencana itu.

Kemudian pada 20 Maret 1966, menurut Aiko, Soeharto pernah bermain golf dengan Dewi.

Dalam pemberitaan media Jepang, Asahi Shimbun, tanggal 23 Maret 1966, saat bermain golf, Soeharto memberikan tiga opsi kepada Dewi sehubungan dengan nasib suaminya.

Baca Juga: Pernah Getol Rayu Indonesia, Israel Malah Berakhir Dipermalukan oleh Soekarno

Pertama, pergi ke luar negeri untuk beristirahat.

Kedua, tetap tinggal sebagai presiden sebulan saja.

Ketiga, mengundurkan diri secara total.

Soeharto mengusulkan Dewi memilih opsi pertama dan menyarankan Jepang atau Mekkah sebagai tempat peristirahatan.

Baca Juga: Di Balik Semboyan Kapal Selam RI, Dari Pidato Presiden Soekarno di Atas KRI Tjandrasa, Wira Ananta Rudhiro: Sekali Menyelam, Maju Terus -Tiada Jalan Untuk Timbul Sebelum Menang, Tabah Sampai Akhir!

"Belakangan, Dewi memberikan kesaksian kepada saya bahwa begitu mendengar tiga opsi saran Soeharto itu, Dewi menyadari bahwa ia dan suaminya telah kalah dalam pertandingan ini," tulis Aiko.

(*)

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya