Sosok.ID - Nadiem Makarim disebut menteri termuda saat ini yang masuk jajaran kabinet Presiden Joko Widodo, namun ternyata masih ada lagi pemuda yang pernah menduduki posisi menteri.
Sosok pemuda tersebut memang tak terlalu di kenal banyak orang sampai detik ini, namanya adalah Mohammad Achadi.
Bahkan ia menjadi salah satu sosok penting dalam awal pembangunan besar-besaran Soekarno saat Indonesia baru berdiri sebagai sebuah negara.
Kala diangkat sebagai menteri, Achadi baru berusia 33 tahun.
Pengangkatannya sebagai menteri itupun disebut terlalu buru-buru oleh beberapa pihak.
Terkuaknya sosok menteri muda awal Indonesia ini terkuak dari video wawancara Peter A Rohi bersama tim Jejak-jejak Bung Karno yang ditayangkan di Youtube Videonesia, (27/12/20219).
Mohammad Achadi dalam wawancara tersebut mengakui dirinya adalah menteri termuda dalam kabinet terakhir Soekarno, Kabinet Dwikora.
Ia menerangkan pertemuan dirinya pertama kali dengan sosok Bapak Pendiri Bangsa tersebut pada tahun 1959.
Saat itu dirinya masih sebagai seorang mahasiswa yang menuntut ilmu di Inggris.
Achadi kala itu menjabat sebagai ketua konferensi mahasiswa Indonesia di seluruh Eropa.
Dalam kesempatan tersebut, Bung Karno meminta Achadi untuk menghadap dirinya di Copenhagen, Denmark di sela-sela sang Presiden RI pertama melakukan kunjungan kerja.
"Jadi ingat saya itu tahun 1959, sebelum saya selesai kuliah di Inggris. Kita menyelenggarakan konferensi mahasiswa Indonesia se-Eropa. Kebetulan saya saat itu ketuanya."
"Saya dipanggil Bung Karno untuk ketemu di Copenhagen. Beliau perjalanan ke negara lain. Di situ ketemuan pertama dengan Bung Karno"
"Kesan pertama Bung Karno pada saya, saya juga tidak tahu," Ungkap Achmadi dalam tayangan Videonesia, (27/12/2019).
Sepulangnya dari menimba ilmu di Eropa, Achmadi langsung ditawari oleh Bung Karno untuk menjadi pembantu menteri.
Awalnya ia diundang untuk makan pagi bersama Bung Karno di Istana Negara, bersama beberapa menteri kala itu.
"Sekonyong-konyong saya diajak sarapan oleh Bung Karno di Istana, bersama Menteri Maladi, Menteri Achmadi, dan sebelum makan pagi Bung Karno secara khusus berbicara pada saya."
"Di, apapun kau saya jadikan tirulah saya, seluruh hidupku saya abdikan untuk bangsa dan negara, begitu kata Bung Karno."
"Itu yang membuat saya awalnya bingung dan kaget. Saya pun langsung menjawab oh iya pak saya laksanakan, gitu aja saya," pungkas Mantan Menteri Transmigrasi dan Koperasi Kabinet Dwikora.
Dari situ Achmadi mulai berkarir di pemerintahan sebagai pembantu menteri Transmigrasi dan Koperasi yang diduduki oleh Acmadi.
Achmadi pun menjelaskan bagaimana dirinya diangkat sebagai menteri setelah Menteri Achmadi diangkat Bung Karno menjadi menteri penerangan.
"Saya dipanggil Bung Karno. Bung Karno didampingi pak Yani (KSAD), pak Chairul (Chairul Saleh), pak Lemena. Begitu saya masuk pak Karno langsung bicara 'Di, kamu gantikan Achmadi."
"Begitu pendek-pendek sekali, mengapa saya ditunjuk jadi menteri saya juga tidak mengerti. Tapi itu dua hal yang berkesan pada saya."
Namun ada penolakan saat Achadi akan diangkat menjadi menteri oleh Bung Karno kala itu.
Penolakan datang dari sosok Chaerul Saleh (Waperdam III merangkap ketua MPRS).
"Bapak (bung Karno) ngomong begitu, Chareul interupsi 'Bung dia masih muda sekali. Terus bung Karno bertanya umurmu berapa di? saya jawab 33 tahun."
"Bung Karno kembali berkata, ah enggak, saya dulu presiden Indonesia termuda di dunia."
"Waktu dilantik, sempat bung Karno berkata pada audiens. Ini Menteri yang paling muda di kabinet. Umurnya 33 tahun, Namanya Menteri Benyamin. Itu ngomong sebelum saya baca sumpahnya," ungkap Achadi.
Karier sebagai menteri muda Achamdi agaknya cukup mentereng kala itu.
Bahkan ia mencetuskan beberapa program Transmigrasi dan pembangunan yang cukup membuat terkejut Bung Karno kala pertama menjadi menteri.
Achadi mengatkan dirinya sempat bertemu Presiden RI 1 bersama Organisasi Masa Tani.
Saat itu usulan Achadi cukup membuat Bung Karno terkejut lantaran menjadikan Transmigrasi bukan sekedar program pemerintah tapi juga menjadi gerakan rakyat.
Baca Juga: Pernah Getol Rayu Indonesia, Israel Malah Berakhir Dipermalukan oleh Soekarno
Namun sayangnya, kiprah Achadi sebagai menteri muda kala itu hanya berjalan selama 2 tahun saja.
Hal itu lantaran peristiwa G30S pada tahun 1965 yang menjadi peristiwa cukup menggemparkan.
Bahkan bersama beberapa orang dekat Bung Karno Achadi akhirnya ditangkap sesuai dengan perintah Soeharto yang kala itu menjabat sebagai presiden pada tahun 1966.
Melansir dari Historia.ID, Mereka antara lain: Soebandrio (Waperdam I merangkap menteri luar negeri dan ketua Badan Pusat Intelijen Indonesia), Chaerul Saleh (Waperdam III merangkap ketua MPRS), Surachman (menteri pengairan rakyat dan pembangunan desa), Setiadji Reksoprodjo (menteri urusan listrik dan ketenagaan), Oei Tjoe Tat (menteri negara yang diperbantukan pada presidium kabinet), Jusuf Muda Dalam (menteri urusan Bank Sentral merangkap gubernur Bank Indonesia), Mayjen TNI Achmadi (menteri penerangan), Mohammad Achadi (menteri transmigrasi dan koperasi), Soemardjo (menteri pendidikan dasar dan kebudayaan), Armunanto (menteri pertambangan), Sutomo Martopradoto (menteri perburuhan), Astrawinata (menteri kehakiman), J. Tumakaka (menteri sekretaris jenderal Front Nasional), Mayjen TNI Soemarno Sastroatmodjo (menteri dalam negeri merangkap gubernur DKI Jakarta), Letkol Imam Sjafei (menteri khusus urusan keamanan).
Namun tak sampai di situ, Achadi disebut salah satu orang yang tahu dalang di balik peristiwa berdarah tahun 1965 yang juga disebut pemberontakan PKI tersebut.
Bahkan Achadi secara gamblang mengatakan dalam buku berjudul “Kabut G30S, Menguak Peran CIA, M16, dan KGB”.
Mantan Menteri Transmigrasi dan Koperasi Kabinet Dwikora yang Disempurnakan, kabinet terakhir masa Bung Karno menjadi presiden, Mohammad Achadi, telah berpulang pada hari Rabu (1/6), bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila. Beliau mengembuskan napas terakhir di rumahnya, di Depok, Jawa Barat.
(*)