Kudeta, Kota di Myanmar yang Dihuni 40.000 Orang Kini Hanya Sisa Wanita dan Anak-anak, Laki-laki Remaja dan Dewasa Habis Diburu Junta

Minggu, 16 Mei 2021 | 20:00
@myanmar.tatmadaw

Junta militer Myanmar

Sosok.ID - Pejuang milisi lokal yang menentang junta Myanmar telah mundur dari kota Mindat di barat laut setelah berhari-hari diserang oleh pasukan tempur yang didukung oleh artileri, kata seorang anggota kelompok itu pada Minggu.

Dikutip dari Reuters, Amerika Serikat dan Inggris meminta tentara Myanmar untuk menghindari korban sipil dan Pemerintah Persatuan Nasional bayangan yang dibentuk oleh loyalis pemimpin terpilih Myanmar yang ditahan, Aung San Suu Kyi, meminta bantuan internasional.

Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan Reuters untuk memberikan komentarnya tehadap hal tersebut.

Baca Juga: Sehari setelah Indonesia Terlibat, Protes Kudeta Myanmar Makin Membabi Buta, Demonstran Teriak: Mimpi Kami Telah Mati!

Pertempuran di kota perbukitan Mindat, sekitar 100 km (60 mil) dari perbatasan India di negara bagian Chin, adalah beberapa yang terberat sejak kudeta menjerumuskan Myanmar ke dalam kekacauan dengan protes harian, pemogokan, dan kemunculan milisi lokal baru.

"Untuk menghindari konfrontasi, kami mundur karena khawatir atas kerusakan kota," kata seorang pejuang.

Ia menambahkan bahwa hanya wanita dan anak-anak yang tersisa di kota berpenduduk lebih dari 40.000 itu yang sekarang sebagian besar diduduki oleh tentara.

"Karena semua anak laki-laki dan laki-laki dewasa terlibat dalam pertarungan ini, mereka semua dalam pelarian."

Baca Juga: Angkat Senjata, Ribuan Warga Sipil Myanmar, Buruh hingga Insiyur Latihan Militer untuk Lawan Kudeta

Situs web RFA yang didanai AS mengutip seorang anggota kelompok yang mengatakan lima pejuangnya tewas, tetapi diyakini telah menimbulkan kerugian beberapa kali lipat lebih banyak pada tentara, yang secara luas dikenal sebagai Tatmadaw.

Televisi Myawaddy yang dikendalikan tentara mengatakan pada hari Sabtu bahwa beberapa pasukan keamanan tewas dan lainnya hilang setelah serangan oleh "orang-orang yang tidak bermoral".

Pasukan keamanan akan bekerja siang dan malam untuk menertibkan, tambahnya.

Pertempuran itu menandai kemunculan Angkatan Pertahanan Chinland, salah satu dari beberapa kelompok baru yang muncul menentang junta di negara yang sudah memiliki sekitar dua lusin kelompok etnis bersenjata.

Baca Juga: Kelompok Pemberontak Tembak Jatuh Helikopter Militer Myanmar, 3 Bulan Kudeta Darah Korban Terus Berjatuhan

Para pejuang juga mengatakan bahwa mereka adalah bagian dari Pasukan Pertahanan Rakyat dari pemerintahan bayangan.

"Kami ingin mendesak masyarakat internasional untuk segera mengambil tindakan guna mengakhiri semua kekerasan di Tatmadaw dan melindungi orang-orang Mindat yang tidak berdaya," kata Pemerintah Persatuan Nasional dalam sebuah pernyataan.

Kedutaan besar AS dan Inggris di Myanmar menyuarakan kepedulian terhadap warga sipil di Mindat.

"Penggunaan senjata perang oleh militer terhadap warga sipil, termasuk minggu ini di Mindat, adalah demonstrasi lebih lanjut dari kedalaman yang akan ditenggelamkan rezim untuk memegang kekuasaan," kata kedutaan AS dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Pemimpin Kudeta Myanmar akan ke Jakarta Hadiri KTT ASEAN, Kehadiran Min Aung Hlaing Dikonfirmasi Thailand

"Kami menyerukan kepada militer untuk menghentikan kekerasan terhadap warga sipil."

Misi Inggris mengatakan bukti kekejaman harus dikirim ke penyelidik PBB "sehingga pelakunya dapat dimintai pertanggungjawaban".

Negara-negara Barat telah memimpin kecaman terhadap junta dan menerapkan sanksi terbatas sejak mengambil alih kekuasaan dengan tuduhan penipuan dalam pemilihan yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi pada November. Klaim penyimpangannya ditolak oleh komisi pemilihan.

Setidaknya 790 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan junta dalam menindak protes terhadap pemerintahannya, kata kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.

Baca Juga: Myanmar, Anak-anak Terbunuh di Hari Paling Berdarah sejak Kudeta, 114 Warga Tewas di Tangan Militer

Militer, yang membantah angka itu, memberlakukan pembatasan ketat pada media, informasi, dan Internet.

Angka itu sendiri tidak dapat dikonfirmasi kebenarannya. (*)

Tag

Editor : Rifka Amalia

Sumber Reuters