Tak Ikut Misi Penyelamatan KRI Nanggala-402, Tiongkok Disebut Persiapkan Kapal Perang Baru Demi Kuasai Laut China Selatan, Uni Eropa Sampai Turun Tangan: Membahayakan Perdamaian

Senin, 26 April 2021 | 17:23
Kolase SCMP/Kompas

Tak Ikut Misi Penyelamatan KRI Nanggala-402, Tiongkok Disebut Persiapkan Kapal Perang Baru Demi Kuasai Laut China Selatan, Uni Eropa Sampai Turun Tangan: Membahayakan Perdamaian

Sosok.ID - Saat publik dunia sedang disibukkan dengan kabar tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 milik Indonesia, China justru disebut kebut kapal perang demi kuasai Laut China Selatan.

Sejumlah negara di Asia maupun negara lain seperti Singapura, Malaysia, Australia hingga Amerika Serikat (AS) mengirimkan bantuan untuk mencari keberadaan KRI Nanggala-402 yang hilang.

Namun tak tampak pernyataan baik secara resmi dari pemerintah China maupun dari pejabatnya secara pribadi atas insiden hilangnya KRI Nanggala-402 milik Indonesia.

Bahkan kabarnya peristiwa kecelakaan militer ini dimanfaatkan oleh China untuk melakukan langkah cepat memperkuat armada lautnya.

Baca Juga: Prancis 'Gerilya' Obok-obok Laut China Selatan, Kapal Selam Nuklir Lewat Selat Sunda antara Jawa dan Sumatera

Beberapa waktu lalu, China disebut sembrono saat membentuk pasukan rahasia berupa milisi laut yang terdiri dari nelayan-nelayan.

Melansir Express.co.uk, para ahli sebelumnya telah memperingatkan mengenai keberadaan kapal penangkap ikan bercat biru dari China.

Analis di Institut Internasional untuk Kajian Strategis (IISS) di Singapura mengatakan, armada tersebut adalah jumlah kapal terbesar yang dikumpulkan kapan saja di satu terumbu karang Spratly.

Kapal-kapal tersebut dilaporkan sudah dilengkapi dengan senjata otomatis dan memiliki kecepatan tertinggi lebih cepat dari 90% dari kapal penangkap ikan dunia.

Baca Juga: Gunakan Taktik Licik, Tiongkok Bentuk Ribuan Pasukan Rahasia Demi Rebut Laut China Selatan, Vietnam dan Filipina Kena Imbas, Indonesia Bagaimana?

Sebelumnya, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying mengatakan, karena situasi maritim, beberapa kapal penangkap ikan berlindung dari angin dekat Niu'e Jiao.

"Ini cukup normal. Kami berharap pihak terkait dapat melihat ini secara rasional," jelasnya seperti yang dilansir Express.co.uk.

Apa yang ditudingkan oleh beberapa pihak tersebut langsung dibantah oleh Beijing.

Menurut mereka apa yang terjadi di wilayah yang berdekatan dengan Filipina tersebut murni karena pengaruh keadaan cuaca di kawasan tersebut.

Ketegangan yang memuncak di wilayah Laut China Selatan ini pun langsung direspon oleh Uni Eropa.

Baca Juga: Ikuti Jejak Filipina dan Vietnam di Laut China Selatan, Indonesia Diam-diam Kerahkan Kekuatan Penuh, Kirim Kapal Selam, Kapal Tempur Hingga Jet Hadang Kenekatan Tiongkok

SCMP

Kapal Coastguard China yang mengintai Laut China Selatan, Laut China Timur dan juga Laut Natuna Utara

Uni Eropa pada minggu lalu telah merilis kebijakan baru yang bertujuan untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan Indo-Pasifik untuk melawan kekuatan China yang meningkat.

Filipina pada hari Jumat memprotes China atas keengganannya untuk menarik kapal-kapal yang "mengancam" yang diyakini diawaki oleh milisi maritim di sekitar Whitsun Reef yang disengketakan.

Filipina menyebut wilayah tersebut sebagai Karang Julian Felipe.

"Ketegangan di Laut China Selatan, termasuk kehadiran kapal-kapal besar China baru-baru ini di Whitsun Reef, membahayakan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu," kata seorang juru bicara Uni Eropa dalam sebuah pernyataan, Sabtu.

Baca Juga: Laut China Selatan dalam Bahaya, Filipina dan AS Gencar Persiapan Turun Perang Buntut Provokasi Kapal China

Uni Eropa menegaskan kembali penentangannya yang kuat terhadap tindakan sepihak yang dapat merusak stabilitas regional dan ketertiban berbasis aturan internasional.

Uni Eropa juga mendesak semua pihak untuk menyelesaikan sengketa secara damai sesuai dengan hukum internasional, dan menyoroti arbitrase internasional tahun 2016 yang telah memutuskan mendukung Filipina sambil membatalkan sebagian besar klaim China di Laut China Selatan.

Diketahui di waktu yang hampir bersamaan dengan proses pencarian dan evakuasi awak KRI Nanggala-402, pada hari Jumat (23/4/2021) China meresmikan 3 kapal perang utama mereka.

Peresmian itu bertepatan dengan ulang tahun ke 72 Angkatan Laut TIongkok.

Baca Juga: China Makin Nekat, Xi Jinping Perintahkan Ilmuwannya Lakukan Pengeboran di Laut Natuna Utara, Bagaimana Tindakan Indonesia?

Xi menghadiri upacara commissioning tiga kapal perang itu, yakni Changzheng 18, Dalian, dan Hainan di Pangkalan Sanya, Provinsi Hainan, PLA Daily melaporkan pada Sabtu (24/4), seperti dilansir Global Times.

Dalam acara itu, Xi menyerahkan bendera PLA dan sertifikat penamaan kepada kapten ketiga kapal perang tersebut.

Xi lalu naik ke kapal, memeriksa peralatan, dan berbicara dengan para awak.

Laporan PLA Daily tidak mengidentifikasi jenis kapal-kapal perang tersebut.

Baca Juga: Bak Kembalikan Kejayaan Masa Majapahit, Kekuatan Maritim Indonesia Naik Pesat, Uji Coba Rudal Jarak Menengah 70 Km, Tiongkok Bakal Kicep di Laut China Selatan!

Tapi, China Central Television (CCTV) pada Sabtu menunjukkan video yang memperlihatkan ketiga kapal perang itu.

Pengamat militer mengidentifikasi Changzheng 18 sebagai kapal selam rudal balistik strategis bertenaga nuklir Type 09IV, Dalian sebagai kapal perusak Type 055 kelas 10.000 ton, dan Hainan sebagai kapal serbu amfibi Type 075 pertama China.

Baca Juga: Menuju Perang, Kapal Induk Shandong China akan Diturunkan ke Laut Lepas, Uji Cobanya bahkan Tewaskan Pilot Jet Tempur J-15

Selama ini, Angkatan Laut PLA menamai kapal selam bertenaga nuklir dengan nama Changzheng, kapal perusak dengan nama kota besar di China, serta kapal induk, kapal penjelajah, dan kapal serbu amfibi dengan nama provinsi.

Changzheng 18 kemungkinan adalah versi yang ditingkatkan dari kapal selam nuklir Type 09IV asli.

Sebab, mendapat peningkatan kemampuan dalam pengurangan kebisingan dan akurasi serangan rudal. (*)

Tag

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber Express.co.uk, Global Times