Indonesia Harus Waspada, Taktik Baru Tiongkok Rebut Laut China Selatan dengan Gunakan Nelayan Sebagai Tentara Perebut Wilayah, Filipina Sudah Mengalami?

Rabu, 24 Maret 2021 | 13:15
Kolase Google Map/ Presidential Palace

Indonesia Harus Waspada, Taktik Baru Tiongkok Rebut Laut China Selatan dengan Gunakan Nelayan Sebagai Tentara Perebut Wilayah, Filipina Sudah Mengalami?

Sosok.ID - Sebuah pernyataan terbaru soal strategi atau cara licik Tiongkok untuk bisa kuasai Laut China Selatan kini jadi sorotan.

Negeri Panda kini disebut tak lagi gunakan kekuatan militernya untuk bisa menguasai wilayah Laut China Selatan.

Namun Tiongkok kini lebih memilih menggunakan warga sipilnya sebagai tentara baru atau yang sering disebut milisi.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) baru-baru ini.

Baca Juga: Demi HajarChina, AS Panasi Mesin Perang di Laut China Selatan, Tekanan Maksimum yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya!

Hal itu dikemukakan pada hari Selasa (23/3/2021) setelah insiden yang dialami oleh Filipina.

Diketahui konflik negara tetangga Indonesia, Filipina dengan China kini makin meruncing.

Memanasnya hubungan China dan Filipina tersebut tak lain karena insiden ratusan kapal penangkap ikan Tiongkok yang menyerbu wilayah sengketa.

Bahkan Filipina harus mengerahkan armada militernya untuk mengusir kapal penangkap ikan China yang lebih dari 200-an tersebut.

Baca Juga: Tiongkok Tak Bakal Berani Lewati Wilayah Indonesia di Laut China Selatan, Menhan Resmikan Armada Kapal Selam Baru TNI AL, Spesifikasinya Ngeri!

Peristiwa tersebut juga telah dikecam oleh pihak Filipina, namun tak diindahkan oleh China.

Lebih lanjut, China justru bersikeras apa yang dilakukan oleh mereka itu adalah sah di mata hukum.

Kedutaan Besar AS untuk Filipina menyatakan, Washington berbagi keprihatinan dengan Manila dan menuduh China menggunakan "milisi maritim untuk mengintimidasi, memprovokasi, dan mengancam negara lain, yang merusak perdamaian dan keamanan di kawasan".

"Kami mendukung Filipina, sekutu perjanjian tertua kami di Asia," kata Kedutaan Besar AS di Manila dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Channel News Asia.

Baca Juga: Kini Dikeroyok Inggris Sampai AS Pakai Kapal Perang Canggih di Laut China Selatan, Ternyata Tiongkok Ketahuan Ingin Kuasai Dunia Dengan Lakukan Ini!

Mengutip dari Channel News Asia, Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, Minggu (21/3/2021) menuntut sekitar 200 kapal China.

Kapal-kapal tersebut juga di juluki sebagai kapal milisi maritim oleh pemerintah Filipina.

Kejadian tersebut setelah terekamnya aktivitas nelayan China dengan ratusan kapal di wilayah Whitsun Reff, wilayah karang dangkal sekitar 324 km Barat Kota Bataraza, Provinsi Palawan, Filipina Barat.

Setidaknya laporan penjaga pantai Filipina mencatat sekitar 220 kapal milisi maritim China berlabuh di kawasan terumbu karang tersebut pada tanggal 7 Maret lalu.

Baca Juga: Meresahkan, Prancis Ikut Bermain Api di Laut China Selatan, Naikkan Tensi Ketegangan Potensi Perang China-AS

Pada Senin (22 Maret), sebuah pesawat pengintai melihat 183 kapal nelayan China masih berada di terumbu karang, Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengungkapkan, seperti dilansir Channel News Asia.

Dia merilis foto udara yang menunjukkan kapal-kapal nelayan China di salah satu wilayah yang paling diperebutkan di jalur perairan strategis itu.

Kecaman pun langsung dilayangkan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr pada pemerintah China.

Namun jawaban menohok justru dilontarkan oleh pemerintah China yang menyebut kawasan terumbu karang itu masuk wilayah mereka dengan nama Niue Jiao.

Baca Juga: Terancam Dipecundangi China dalam Perang, AS Ogah Melepas Wilayah Konflik Laut China Selatan dan Indo-Pasifik

Selain itu, berkumpulnya nelayan China di kawasan terumbu karang bukan karena mengintai atau menangkap ikan tetapi menghindari cuaca buruk.

Beijing membantah kapal-kapal itu adalah milisi maritim. "Setiap spekulasi semacam itu tidak membantu apa-apa selain menyebabkan gangguan yang tidak perlu," kata Kedutaan Besar China untuk Filifina dalam pernyataan Senin.

China berharap, situasi tersebut bisa ditangani secara obyektif dan rasional.

Kedutaan Besar AS, bagaimanapun, mengatakan: "Kapal China telah berlabuh di daerah tersebut selama berbulan-bulan dengan jumlah yang terus meningkat, terlepas dari cuaca yang buruk". (*)

Tag

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber Channel News Asia