Sosok.ID - Sudah bukan rahasia lagi Indonesia memang dikenal dengan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah.
Bahkan kini satu persatu kekayaan alam yang sangat melimpah tersebut mulai dipergunakan dengan bijak.
Salah satunya bahan baku pembuat baterai termasuk untuk mobil listrik yang kini sedang trend di dunia.
Bahan tambang tersebut ternyata cukup banyak dimiliki oleh Indonesia, bahkan diketahui cadangan terbesarnya berada di Nusantara.
Hal itu membuat Indonesia kini disegani negara-negara maju lantaran banyak barang-barang berteknologi tinggi tak bisa lepas dari bahan yang berasal dari Indonesia tersebut.
Barang tambang ini tak lain adalah Nikel.
Kementerian Keuangan menyatakan, komoditas nikel merupakan komponen utama dari produksi baterai kendaraan listrik.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, Indonesia sebagai negara yang menghasilkan cadangan dan produksi nikel terbesar jadi perhatian dunia.
"Dengan cadangan dan produksi terbesar, jelas merupakan satu negara yang sekarang menjadi pusat perhatian terhadap pembangunan dari baterai kendaraan listrik atau baterainya itu sendiri," ujarnya saat rapat bersama Komisi XI DPR, Senin (15/3/2021).
Untuk itu, pemerintah Indonesia berkomitmen melakukan pemanfaatan tren dari teknologi yang sudah mendunia tersebut.
"Kemudian, perhatian mengenai perubahan iklim dengan kemampuan kita untuk membangun dan terus meningkatkan daya saing dari industri otomotif yang berbasis baterai," kata Sri Mulyani.
Indonesia dalam hal ini berkomitmen secara global di bidang perubahan iklim dengan menurunkan jumlah emisi gas rumah kaca atau CO2.
"Kita akan menurunkan 29 persen dari emisi CO2 kita dengan usaha sendiri atau kita akan menurunkan CO2 sebesar 41 persen pada 2030 apabila ada dukungan dan kolaborasi internasional," pungkasnya.
Menristek dorong produksi baterai lithium
Sebelumnya, pemerintah dalam hal ini Kementerian Riset dan Teknologi BRIN mendorong industrialisasi baterai lithium untuk kendaraan berbasis listrik.
Menristek Bambang Brodjonegoro menuturkan Indonesia seharusnya bisa menjadi pemain pasar produsen baterai listrik karena pasokan bijih nikel yang melimpah.
"Baterai Lithium merupakan sektor yang perlu kita dorong di mana pemanfaatannya dapat diaplikasikan dalam kendaraan listrik maupun sistem penyimpanan energi untuk pembangkit listrik energi terbarukan," kata Menteri Bambang dalam webinar Sabtu (6/2/2021).
Menurutnya, sepanjang 2019 Indonesia menjadi produsen bijih nikel terbesar di dunia dengan menghasilkan 800 ribu ton bijih nikel per tahun.
Menristek menuturkan hal ini menjadi peluang indonesia menciptakan pabrik baterai di mana bijih nikel merupakan komponen utama dalam baterai lithium.
Baca Juga: Bau Gosong Kampas Rem Tercium Sebelum Bus Jatuh ke Jurang di Sumedang, Sopir : Rem Blong
"Hal tersebut diharapkan juga dapat mengurangi ketergantungan impor serta menciptakan kemandirian energi sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain," urainya.
Kemenristek BRIN sudah mengembangkan beberapa produk inovasi pengaplikasian baterai lithium yang di antaranya adalah fast charger, baterai fast charging, daur ulang baterai, material baterai, hingga pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB). (Reynas Abdila)
Pemerintah pun berupaya terus mendorong produk-produk inovasi tersebut melalui beberapa kebijakan antara lain peningkatan penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Selain itu juga ada insentif pajak super tax deduction yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 153/PMK.010/2020 tentang Pemberian Pengurangan Penghasilan Bruto atas Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tertentu Di Indonesia.
"PMK 153 mestinya bisa meningkat peningkatan inovasi khususnya pengembangan kendaraan listrik," harapnya.
Dengan kata lain, saat ini Indonesia bisa dikatakan sebagai salah satu negara penting di dunia teknologi modern.
Hal itu lantaran Indonesia menjadi pemasok cukup besar bahan nikel yang berguna untuk pembuatan barang-barang berteknologi tinggi seperti saat ini.
(*)