Sosok.ID - Keluarga besar SBY seolah tak punya penerus yang masih aktif di TNI AD setelah Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY memilh pensiun dini dari TNI.
AHY mengundurkan diri dari TNI untuk mengikuti kontestasi Pilkada 2017.
Walaupun akhirnya kalah, AHY kini sudah menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.
Namun banyak yang tidak tahu bahwa AHY memiliki sepupu yang masih aktif berdinas di TNI AD.
Sepupu AHY itu adalah Letnan Kolonel Danang Prasetyo Wibowo atau Letkol Danang.
Baca Juga: Demokrat, Anak SBY Jadi Pemimpin Doyan Pencitraan dan Playing Victim, Kata Eks Wasekjen Partai Itu
Danang adalah sepupu AHY dari garis ibu Ani Yudhoyono.
Letkol Danang adalah anak dari pernikahan saudara kandung Ani Yudhoyono, yakni Wrahasti Cendrawasih dengan Erwin Sudjono.
Erwin Sudjono adalah junior SBY di AKABRI. Jika SBY lulusan 1973, Erwin adalah lulusan AKABRI 1975.
Pangkat terakhir Erwin Sudjono adalah Letnan Jenderal. Dua jabatan terakhirnya adalah Pangkostrad dan Kasum TNI.
Dari sebuah video di YouTube yang dibuat akun MPS Sang Mayor Pemersatu, terlihat bahwa Danang adalah junior AHY di Akademi Militer atau AKMIL Magelang.
AHY diketahui masuk AKMIL tahun 1997 dan lulus tahun 2000, sedangkan Danang masuk AKMIL tahun 1998 dan lulus tahun 2001.
Jika AHY pensiun dengan pangkat Mayor, Danang meneruskan karirnya di militer dan tampak cemerlang.
Setelah menjabat Komandan Raider 900, Danang kini diserahi jabatan Dandim Sukabumi.
PERNAH DIDIDIK SENIOR KEJAM SELAMA DI AKMIL
Uniknya, Danang dan AHY pernah sama-sama dididik senior yang kejam selama menjadi Taruna AKMIL.
Senior itu bernama Muhammad Saleh, lulusan AKMIL 1999.
Muhammad Saleh kini sudah pensiun. Pangkat terakhirnya adalah Mayor.
Peristiwa Saleh menghukum keponakan SBY bernama Danang terjadi sekitar tahun 1998 di AKMIL.
Sekadar diketahui, Danang adalah anak dari kakak Ani Yudhoyono, Istri Presiden SBY.
Saat Danang menjadi Taruna, ayah Danang yakni Kolonel Erwin Sudjono sedang menjabat Komandan Resimen Taruna Akademi Militer.
Saleh menceritakan bahwa pada tahun 1998 dirinya sudah berpangkat Sersan Taruna karena sudah tingkat 2 di AKMIL.
Sebab Saleh masuk AKMIL pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 1999.
Sekitar tahun 1998, Sersan Taruna M. Saleh melihat mobil Komanda Resimen Taruna AKMIL masuk ke kesatriaan AKMIL pada sore hari.
Saleh heran ada mobil Danresimen dan memilih menghentikannya persis di dekat Gereja dan Masjid AKMIL.
Dia melihat ada seseorang di bagian belakang mobil.
Ia pun lantas menanyakan siapa yang ada di belakang mobil kepada PNS yang mengemudikan mobil tersebut.
PNS tersebut mengaku tidak membawa siapapun.
Saleh bertanya lagi, tetapi PNS tersebut tetap tidak mengaku.
Ketika ditanya ketiga kalinya, barulah PNS AKMIL itu mengaku bahwa ia membawa 'Mas Danang', anak Danresimen AKMIL.
"Ya sudah , saya berikan hukuman. Hukuman ala taruna lah," kata Saleh.
Hukuman ala taruna itu berarti danang disuruh berguling dan jungkir balik.
Setelah itu tanpa takut, Saleh menyuruh Danang menyebut bahwa ia dihukum oleh Sersan Taruna M.Saleh.
Keesokah harinya taruna tingkat 2 mendadak dikumpulkan di kantin AKMIL.
Di sana sudah ada Kolonel Erwin Sudjono, ayah Danang, dan para pengasuh yang sebagian besar adalah lulusan AKMIL 1997.
Kolonel Erwin lalu bertanya soal siapa yang menghukum anaknya.
"Semua mata langsung tertuju pada saya yang duduk di depan," kata Saleh.
Tapi pada saat itu Kolonel Erwin Sudjono tidak langsung menyebut Saleh walaupun pasti sudah tahu bahwa Saleh yang menghukum anaknya.
"Itulah hebatnya Pak Erwin Sudjono, dia tidak mau mempermalukan bawahan," kata Saleh.
Kolonel Erwin hanya meminta agar yang menghukum anaknya untuk datang ke rumah dinasnya.
"Waktu itu kebetulan sedang hari pesiar," ujar Saleh.
Setelah bubar, seorang senior yang telah jadi tentara aktif menghampiri Saleh dan meminta agar Saleh cepat bersiap untuk ke rumah dinas Danresimen.
Artinya memang seluruhnya sudah tahu bahwa Saleh yang menghukum Danang.
"Jadi waktu itu saya keluar paling pertama dari ksatriaan tanpa dicek pengasuh," kata Saleh.
Dia lalu tiba di rumah Danresimen dan bertemu dengan Kolonel Erwin Sudjono yang sedang pakai singlet dan sarung.
Saleh pikir akan dimarahi, tetapi ia ternyata justru ditawari makan oleh Danresimen.
Saat makan itulah Kolonel Erwin mulai memberi petuah soal nantinya Danang dan dirinya akan menjadi kolega ketika sudah di batalion.
Ada banyak petuah yang disampaikan kolonel Erwin soal itu.
Usai makan, Saleh mengaku tidak mengerti apa yang dibicarakan Kolonel Erwin soal batalion yang disebut Kolonel Erwin.
"Ijin komandan, yang saya tahu itu batalion hanya tiga. Batalion taruna remaja, batalion taruna madya, dan batalion taruna dewasa," kata Saleh kepada Kolonel Erwin.
Kolonel Erwin pun geleng-geleng kepala mendengar jawaban Saleh.
Berikutnya ia langsung bertanya soal kenapa Saleh menghukum Danang.
Saleh lalu menjawab bahwa doktrin di AKMIL menyebutkan bahwa seorang taruna itu terbentuk oleh 80 persen dari didikan seniornya dan 20 persen dari didikan pengasuh.
"Oleh karena itu ijinkan saya mewarnai Danang komandan," kata Saleh.
Saleh juga mengingatkan bahwa AKMIL adalah milik bangsa Indonesia dan Danang akan menjadi orang hebat.
Saleh masih berpikiri dia akan dihukum, tapi ternyata ia tidak dihukum.
Saleh justru disuruh pergi pesiar.
Kini, dengan perjalanan waktu, Saleh melihat Danang sudah menjadi orang hebat.
KISAH SALEH GEMBLENG AHY
Berikutnya, AHY juga pernah mengalami gaya didikan kejam M. Saleh selama taruna.
Saleh juga menceritakan bagaimana ia mewarnai AHY selama di AKMIL Magelang.
AHY adalah junior dari Saleh. Saleh masuk AKMIL tahun 1996 dan lulus tahun 1999, sedangkan AHY masuk AKMIL tahun 1997 dan lulus tahun 2000.
Saat AHY baru masuk AKMIL, Saleh sudah berpangkat Sersam Mayor Taruna dan diberi jabatan Komandan Regu Batalyon Madya.
Di regu itu ia membawahi 10 orang dan seingatnya salah satunya adalah AHY.
Sebagai komandan regu, Saleh tidak mau ada juniornya yang memiliki nilai akademik jelek dan nilai jasmani jelek. '
"Setiap malam saya tunggui orang itu belajar," ujar Saleh.
Jika ada yang jelek dan salah, ujar Saleh, akan ia hukum. "Kalau salah yang guling jungkir semua," kata Saleh.
Jabatan Saleh teryata naik lagi menjadi komandan peleton. Artinya dia membawahi tiga regu.
Berarti dia membawahi 3 komandan regu dan 30 orang anggota.
Saleh tetap menjalankan dokrin yang sama. Ia tidak mau melihat nilai akademik dan jasmani yang jelek.
Dia berani begitu karena Saleh juga cerdas dan tidak pernah nilainya jelek.
Tak lama kemudian, sekitar dua bulan berikutnya, Saleh naik jabatan lagi menjadi komandan kompi.
Artinya dia membawahi tiga peleton. Anak buahnya berarti ada tiga komandan peleton, sembilan komandan regu, dan 90 anggota taruna.
Saat itu, Saleh mengingat masih ada AHY menjadi anak buahnya di dalam kompi yang ia pimpin.
Saat menjadi komandan kompi, sikah Saleh lebih sadis lagi.
Jika ada anak buahnya yang mengantuk saat belajar, ia akan langsung menghukum taruna junior itu untuk berendam di kolam sampai basah kuyup.
Bahkan saat itu Saleh jadi dikenal sebagai senior yang kejam.
Tapi ia menyebut bahwa dirinya bukan kejam.
"Saya tidak kejam. Seluruh junior saya bilang saya kejam. Saya tidak kejam, abang hanya ingin kalian jadi orang terbaik di negeri ini. Kalian harus lebih baik dari senior-senior," ujar Saleh.
Berikutnya Saleh naik jabatan lagi jadi komandan batalion III resimen chandradimuka.
Ketika itu AHY menjadi wakil komandan batalion I.
Pada saat Saleh menjadi komandan batalion III resimen chandradimuka inilah dia melakukan suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di AKMIL.
Semua itu berawal dari Saleh yang membaca bahwa pangkat Sersan Mayor Taruna itu lebih tinggi setengah klik daripada sersan kepala aktif.
Dia menafsirkan artinya sersan kepala, sersan satu, sersan dua sampai prada, berarti di bawah pangkatnya.
Berikutnya pada apel siang batalion, biasanya hanya taruna yang berbaris dari ujung ke ujung.
Para pelatih yang tentara aktif itu biasanya istirahat dan hanya mengawasi.
"Bagi saya tidak ada, seluruh pelatih dan tentara aktif saya suruh baris di ujung," kata Saleh.
Akibatnya para tentara aktif pun menggerutu.
Saleh mendengar keluhan itu dan menjelaskan bahwa ia komandan batalion dan pangkatnya lebih tinggi dari para pelatih berpangkat sersan kepala.
Peristiwa itu pun jadi heboh dan membuat Saleh dimarahi seniornya yang sudah tentara aktif.
Ia pun kemudian tidak pernah melakukan hal tersebut lagi dan peristiwa itu hanya satu kali terjadi di AKMIl.
(Wartakotalive)