Sosok.ID - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melakukan panggilan telepon pertamanya dengan Presiden China Xi Jinping pada Kamis (11/2/2021).
Biden dan Xi Jinping dilaporkan mengobrol selama 2 jam, dimana AS langsung memberikan tekanan di percakapan pertama
“Semalam, saya berbincang melalui telepon selama dua jam berturut-turut dengan Xi Jinping,” kata Biden dilansir dari AFP.
AFP melaporkan, interaksi itu disebut sangat lama bagi seorang presiden AS. Pasalnya, dalam pertemuan tatap muka saja, jarang berlangsung lebih dari satu jam.
Biden kemudian memperingatkan bahwa jika AS tidak "bergerak" terhadap kebijakan Beijing, mereka akan memakan “makan siang” alias jatah milik Washington.
Biden menambahkan, pembicaraan melalui sambungan telepon tersebut bertujuan mengatur nada untuk hubungan antara “Negeri Paman Sam” dengan “Negeri Panda”.
Selain itu, Biden menentang Xi mengenai hak asasi manusia (HAM), perdagangan, dan ketegangan regional selama pembicaraan via telepon itu.
Hubungan China dengan AS semakin menegang ketika mantan Presiden AS Donald Trump naik jabatan pada 2016.
Biden sendiri sempat menemui Xi ketika menjadi Wakil Presiden AS di bawah pemerintahan Presiden AS Barack Obama.
Kini, Biden berada di bawah tekanan untuk mempertahankan sikap Trump terhadap China.
Sebelumnya, Gedung Putih menyatakan bahwa Biden menyatakan keprihatiannya terhadap sejumlah kiprah China yang ditentangnya.
Sejumlah kiprah China yang dimaksud adalah kebijakan ekonomi yang dianggap memaksa dan tidak adil, tindakan keras di Hong Kong, pelanggaran HAM di Xinjiang, dan tindakan yang semakin tegas di wilayah Taiwan.
Kedua pemimpin juga berbicara tentang pandemi Covid-19, perubahan iklim, dan proliferasi senjata, kata Gedung Putih.
Dalam pernyataan Gedung Putih, Biden memulai obrolan dengan memberi ucapan selamat dan harapan di Tahun Baru Imlek.
Setelah itu, Biden langsung mencecar Xi terkait kawasan Indo-Pasifik, Hong Kong, hingga tuduhan penindasan Uighur di Xinjiang.
Dalam teleponnya, Biden memberi tahu Xi Jinping dia akan melindungi keamanan, kesejahteraan rakyat AS, maupun Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. (Danur/Kompas.com)