Covid-19 Tahun 2021 Mungkin Lebih Sulit Ketimbang Sebelumnya, Kata WHO

Jumat, 15 Januari 2021 | 16:15
Jordan_Singh/Pixabay

Ilustrasi Covid-19

Sosok.ID - Pandemi Covid-19 yang kali pertama muncul di Wuhan pada Desember 2019 lalu, masih belum terkendali.

Bahkan kini ditemukan varian baru Covid-19 yang mampu menularkan infeksi jauh lebih cepat dibanding sebelumnya.

Kehidupan manusia bumi telah mengalami perubahan-perubahan yang tak biasa sejak setahun belakangan.

Kerumunan dilarang, interaksi dibatasi, kegiatan belajar mengajar dan bekerja pun tak bisa dilakukan tatap muka.

Baca Juga: Kedapatan Berpesta Setelah Divaksin dan Tanpa Prokes, Raffi Ahmad Dapat Panggilan Kepolisian? Begini Jawaban Suami Nagita Slavina!

Seluruh umat di dunia merasa lelah dengan pandemi ini, sehingga satu-satunya jalan agar terhindar dari virus adalah dengan mematuhi protokol kesehatan pencegahan pandemi Covid-19.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa tahun kedua pandemi Covid-19 akan terasa lebih sulit dari yang pertama.

Mengingat adanya varian baru yang 50% lebih menular, yang saat ini beredar luas di belahan bumi utara.

Hal itu disampaikan oleh pejabat tinggi darurat WHO, Mike Ryan dalam sebuah acara di media sosial, Rabu (13/1/2021), dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Suntik Vaksin Bukan Berarti Kebal Virus, Epidemiolog: Perlindungan Vaksin Tidak 100%,Tapi Paling Tidak..

“Kami akan memasuki tahun kedua ini, bahkan bisa lebih sulit mengingat dinamika transmisi dan beberapa masalah yang kami lihat,” kata Mike Ryan.

Jumlah kematian di seluruh dunia telah mendekati 2 juta orang sejak pandemi dimulai, dengan 91,5 juta orang terinfeksi.

WHO, dalam pembaruan epidemiologi terbaru yang dikeluarkan baru-baru ini mengatakan, sekitar lima juta kasus baru dilaporkan minggu lalu, kemungkinan akibat dari melemahnya pertahanan selama musim liburan.

Liburan membuat orang dan virus tanpa disadari datang secara bersamaan.

Baca Juga: Istana Negara Amuk Raffi Ahmad! Suami Nagita Slavina Minta Maaf kepada Jokowi

Dikutip dari VOA News via Kompas.com, petinggi WHO Mike Ryan menuturkan, mempelajari tindakan setiap negara untuk memerangi virus adalah hal yang penting untuk dilakukan.

Sains, komunikasi publik, dan pemerintahan. Sebuah negara harus menemukan kombinasi terbaik dari seluruh faktor tersebut.

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19, memperingatkan bahwa kasus covid-19 usai mudik selalu menjadi lebih buruk sebelum pada akhirnya menjadi lebih baik.

"Setelah liburan, di beberapa negara situasinya akan menjadi jauh lebih buruk sebelum menjadi lebih baik," katanya, dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Video: Gemetar Kencang Saat Vaksin Jokowi, Dokter Istana Trending di Twitter: Alhamdulillah Saya Berhasil Menyuntik Bapak Presiden Tanpa Rasa Sakit

Di tengah kekhawatiran yang berkembang akibat ditemukannya varian baru lebih menular yang pertama kali muncul di Inggris, pemerintah di seluruh Eropa pada hari Rabu mengumumkan pembatasan yang lebih ketat dan lebih lama.

Itu termasuk persyaratan kantor pusat dan penutupan toko di Swiss, keadaan darurat Covid-19 Italia yang diperpanjang, dan upaya Jerman untuk lebih mengurangi kontak antara orang-orang yang disalahkan atas upaya yang gagal, sejauh ini, untuk mengendalikan virus corona.

“Saya khawatir kami akan tetap berada dalam pola puncak dan palung berulang-ulang, dan kami dapat melakukannya dengan lebih baik,” kata Van Kerkhove.

Dia menyerukan untuk menjaga jarak fisik untuk menghindari penularan.

Baca Juga: Tangan Gemetaran Jadi Sorotan, Begini Pengakuan Dokter yang Suntikkan Vaksin Covid-19 Sinovac ke Jokowi: Ada Rasa Gugup

"Semakin jauh, semakin baik," katanya.

Sementara itu, negara-negara di dunia masih berlomba-lomba melakukan uji coba terhadap vaksin Covid-19.

Indonesia sendiri saat ini tengah melakukan uji vaksin Sinovac dari China, yang telah disuntikkan pertama kali pada Rabu (13/1/2021).

Adanya vaksin tentu memberi harapan besar bagi masyarakat agar laju pandemi semakin turun dan berhenti.

Vaksin tidak 100% mampu melindungi seseorang dari infeksi virus corona, tetapi bisa mencegah agar tidak mengalami Covid-19 parah sehingga masih bisa disembuhkan. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Kompas.com, Reuters

Baca Lainnya