Sudah Bilang Ogah Perang, Iran Bersumpah Tak Ada Tempat Aman di Bumi bagi Pembunuh Qasem Soleimani: Pembalasan Ilahi Pasti Dilakukan

Sabtu, 02 Januari 2021 | 19:15
Kolase BBC dan New York Post via Suar.ID

Qasem Soleimani dan Donald Trump.

Sosok.ID - Iran telah mengatakan kepada kekuatan dunia bahwa mereka ingin menghindari konflik.

Tetapi unjuk kekuatan yang baru-baru ini dipamerkan oleh Amerika Serikat (AS), telah meningkatkan ketegangan, mengingat Iran akan memperingati setahun pembunuhan komandan tinggi mereka, Qassem Soleimani.

Untuk diketahui, Soleimani tewas pada 3 Januari 2020 dalam serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat di Bagdad, Irak.

Dikutip Sosok.ID dari AlJazeera, dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Kamis (31/12/2020), Iran mengutuk "petualangan militer" yang dilakukan militer AS di Teluk dan Laut Oman.

Baca Juga: Sesumbar Kekuatan Militernya Terkuat Nomor Wahid, Trump Ogah Perang, Gantinya Iran dikenai Sanksi Berikut!

Mereka juga mengecam "informasi palsu, tuduhan tak berdasar dan retorika yang mengancam" oleh Washington terhadap Teheran.

"Jika dibiarkan, tindakan penghasutan ini dapat meningkatkan ketegangan ke tingkat yang mengkhawatirkan dan jelas bahwa tanggung jawab penuh dari semua akibatnya akan berada di AS," kata surat itu.

Iran sudah mengatakan bahwa mereka tidak menginginkan konflik, tetapi berjanji untuk membela rakyatnya dan keamanan nasional.

Iran juga meminta Dewan Keamanan PBB untuk membuat AS menghentikan tindakan "ilegal" nya.

Baca Juga: Inilah Video Detik-Detik MQ-9 Reaper, Drone 'Buas' Milik AS Berondong Rudal Konvoi Militer Jenderal Iran, Qasem Soleimani!

Dalam sebulan terakhir, pembom strategis B-52 Amerika telah terbang di atas Teluk beberapa kali, yang terbaru datang pada hari Rabu lalu.

AS mengatakan tujuannya adalah untuk mencegah kemungkinan tanggapan Iran menjelang peringatan 3 Januari pembunuhan Soleimani.

Jenderal tertinggi yang memimpin pasukan operasi asing Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, Qasem Soleimani tewas bersama seorang komandan tinggi Irak dan beberapa lainnya satu tahun lalu di Baghdad dalam serangan pesawat tak berawak yang diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Sebelumnya pada bulan Desember, Trump men-tweet gambar beberapa roket, mengatakan itu adalah roket Iran yang tidak meledak yang ditembakkan ke kedutaan AS di Zona Hijau Baghdad.

Baca Juga: Skenario Perang Iran Vs Amerika, Negeri Ayatollah Khamenei Bakal Andalkan 'Si Kucing Gurun' untuk Lawan Jet Tempur Siluman F-35

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif pada hari Kamis mengatakan, informasi dari Irak menunjukkan AS sedang mencoba untuk "membuat dalih perang".

Dalam panggilan telepon dengan mitranya dari Kuwait, Nasser Al-Mohammad Al-Sabah pada Jumat (1/1/2021) pagi, Zarif mengatakan bahwa Washington akan bertanggung jawab atas dampak dari "potensi petualangan".

Sementara itu, Pentagon mengumumkan di hari Kamis bahwa mereka akan memulangkan satu-satunya kapal induk Angkatan Laut yang beroperasi di Timur Tengah, yang tampaknya bertentangan dengan gagasan bahwa unjuk kekuatan diperlukan untuk menghalangi Iran.

Baca Juga: Panglima Tertinggi Iran Tewas Akibat Serangan Preemptive Strike Drone AS, Trump Sedang Picu Perang Dunia III

Iran pada hari Jumat mengadakan acara untuk memulai peringatan kematian Soleimani dan komandan Irak Abu Mahdi al-Muhandis, wakil kepala Pasukan Mobilisasi Populer yang berpihak pada Iran, yang berada di dalam mobil bersama Soleimani ketika serangan drone AS menghantam.

Dalam upacara di Universitas Teheran yang tertutup untuk umum demi protokol kesehatan Covid-19, perwira militer yang menggantikan Soleimani bersumpah untuk terus mengikuti jejaknya.

“Izinkan saya mengatakan secara eksplisit: jalur Pasukan Quds dan jalur perlawanan tidak akan berubah dengan kenakalan AS,” kata komandan Esmail Qaani kepada hadirin pada pertemuan yang disiarkan televisi setempat.

Baca Juga: MQ-9 Reaper, Drone 'Buas' Milik AS Pencabut Nyawa Panglima Tertinggi Iran, Sudah Teruji di Berbagai Medan Pertempuran

Dia mengatakan semua "orang bebas di dunia" mengutuk pembunuhan itu dan AS harus waspada terhadap kemungkinan tanggapan "dari dalam rumah Anda".

Sejumlah pejabat senior dari otoritas dan organisasi selaras dengan Iran dari Irak, Lebanon, Palestina, Suriah, dan Yaman juga menyampaikan pidato di acara tersebut.

Mereka termasuk tokoh senior Hizbullah Hashim Safi al-Din, politisi Irak terkemuka dan ketua Pasukan Mobilisasi Populer, Falih Al-Fayyadh; pemimpin Jihad Islam Palestina, Ziyad al-Nakhalah; Mufti Agung Suriah, Ahmad Badreddin Hassoun; dan utusan Yaman untuk Iran, Ibrahim Mohammad Mohammad al-Deilami.

Kepala kehakiman Iran Ebrahim Raisi memperbarui janji negara untuk "balas dendam yang keras" atas kematian Soleimani, dengan mengatakan Trump tidak boleh percaya bahwa dia akan diselamatkan karena dia adalah presiden.

Baca Juga: Serangan 'Balas Dendam' Iran Dimulai, Rudal-rudal Menghujam Pangkalan Militer AS di Timur Tengah, Trump: Kami yang Terhebat, Ini Videonya!

"Tangan pembalasan Ilahi pasti dan balas dendam ini akan dilakukan," kata Raisi, menambahkan bahwa mengusir AS dari wilayah itu hanya akan menjadi salah satu aspeknya.

"Mereka yang memiliki peran dalam pembunuhan dan kekejaman ini tidak akan mendapatkan keamanan dan keselamatan di mana pun di Bumi," katanya.

Sebelumnya, Raisi dan juru bicara badan pemeriksaan konstitusional yang kuat, Dewan Penjaga, mengatakan Iran akan terus mengejar Trump secara hukum setelah masa kepresidenannya berakhir pada 20 Januari 2021.

Iran telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Trump dan puluhan lainnya pada Juni tahun lalu.

Baca Juga: Peringati 40 Hari Kematian Qasem Soleimani, Iran Kembali Gebuk Pangkalan Militer AS dengan Roket Berjuluk Stalin Organ

Sayangnya permintaan itu ditolak oleh Interpol karena konstitusi organisasi tidak mengizinkannya untuk campur tangan dalam urusan politik.

Setelah komandan Pasukan Quds Qaani menghadiri sesi parlemen, DPR mengajukan mosi baru, yang disebut "Rencana tindakan timbal balik terhadap AS, agen utama pembunuhan martir Soleimani".

Mosi tersebut belum dipublikasikan, tetapi kantor berita resmi Fars mengatakan akan memungkinkan tanggapan militer ke AS dan negara lain jika AS melancarkan upaya militer terhadap Iran.

Mosi tersebut juga dilaporkan bertujuan untuk melarang impor barang dan jasa Amerika, mengurangi peran dolar AS dalam perdagangan internasional Iran, melarang negosiasi atas kekuatan militer, dan menetapkan prasyarat untuk kembalinya perusahaan yang meninggalkan Iran karena sanksi AS. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Aljazeera

Baca Lainnya