Sosok.ID - Azerbaijan pada hari Minggu (15/11/2020) menunda mengambil kendali atas wilayah yang diserahkan oleh pasukan Armenia dalam perjanjian gencatan senjata.
Tetapi Azerbaijan mengecam tindakan warga sipil yang meninggalkan Nagorno-Karabakh dengan membakar rumah dan melakukan apa yang disebut "teror ekologi."
Seperti diketahui, perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Rusia pada Selasa (10/11) membuat Azerbaijan mendapatkan hak atas wilayah Nagorno-Karabakh.
Dikutip dari The Associated Press, perjanjian tersebut meminta Azerbaijan untuk mengambil kendali atas wilayah-wilayah terpencil. Yang pertama, Kelbajar, yang mulanya akan diserahkan pada hari Minggu.
Tetapi Azerbaijan setuju untuk menunda pengambilalihan tersebut hingga 25 November setelah ada permintaan dari Armenia.
Pembantu presiden Azerbaijan Hikmet Hajiyev mengatakan kondisi cuaca yang memburuk membuat penarikan pasukan Armenia dan warga sipil sulit di sepanjang jalan tunggal melalui wilayah pegunungan yang menghubungkan Kelbajar dengan Armenia.
Setelah perjanjian diumumkan Selasa pagi, banyak penduduk Armenia yang putus asa.
Mereka memutuskan untuk membakar rumah mereka agar tidak dapat digunakan oleh orang Azerbaijan yang akan pindah ke wilayah Nagorno-Karabakh.
Baca Juga: 2.000 Prajurit Rusia Belah Hamparan Perang, Azerbaijan yang Diremehkan Menang Perang Lawan Armenia!
“Orang Armenia merusak lingkungan dan objek sipil. Kerusakan lingkungan, teror ekologi harus dicegah, ”kata Hajiyev menanggapi pembakaran rumah.
Sebelum perang separatis yang berakhir pada tahun 1994, Kelbajar dihuni hampir secara eksklusif oleh orang Azerbaijan.
Tetapi wilayah itu kemudian berada di bawah kendali Armenia dan orang-orang Armenia masuk. Azerbaijan menganggap kehadiran mereka ilegal.
"Penempatan dan pemukiman penduduk Armenia di wilayah pendudukan wilayah Kelbajar adalah ilegal ... Semua pemukiman ilegal di sana harus digusur," kata Hajiyev.
Pembaruan kontrol Azerbaijan yang akan segera terjadi menimbulkan keprihatinan luas tentang nasib situs budaya dan agama Armenia, terutama Dadivank, biara Gereja Apostolik Armenia yang terkenal yang berdiri sejak abad kesembilan.
Presiden Rusia Vladimir Putin, sebelumnya pada Sabtu (14/11) telah meminta agar Azerbaijan menjaga tempat-tempat suci Kristen yang ditinggalkan Armenia di Nagorno-Karabakh.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev meyakinkan Putin, yang merundingkan gencatan senjata dan mengirimkan sekitar 2.000 pasukan penjaga perdamaian, bahwa gereja-gereja Kristen di wiliyah itu akan dilindungi.
"Presiden Aliyev mengatakan bahwa gereja-gereja Kristen di wilayah Azerbaijan, yang dikembalikan ke Azerbaijan sesuai dengan pernyataan trilateral, juga akan dilindungi dengan baik oleh negara."
"Umat Kristen Azerbaijan akan mendapat akses ke gereja-gereja ini," kata kantor Aliyev dalam pernyataannya pada hari Minggu.
Kalbajar adalah rumah bagi biara Dadivank yang terkenal dari Gereja Apostolik Armenia.
Pada hari Sabtu, sehari sebelum perkiraan penyerahan wilayah, para pekerja memindahkan banyak benda suci biara.
Para etnis Armenia yang kalah perang, berupaya pergi dari wilayah yang disengketakan tanpa meninggalkan apapun, sehingga mereka membakar rumah agar tak dapat digunakan penduduk Azerbaijan.
“Pada akhirnya, kami akan meledakkannya atau membakarnya, agar tidak menyerahkan apapun kepada Muslim,” kata Garo Dadevusyan, seorang Armenia.
Dia menumpuk atap dan barang-barang keluarga ke sebuah truk bak terbuka tua untuk pindah, tapi tujuan akhir mereka tidak jelas ke mana.
“Kami tunawisma sekarang. Kami tidak tahu ke mana harus pergi dan ke mana harus tinggal ... Ini sangat sulit,” kata istrinya, Lusine, sambil menahan air mata saat pasangan itu melihat rumah mereka untuk terakhir kalinya.
Untuk diketahui, Azerbaijan adalah negara yang dihuni sekitar 95% Muslim dan Armenia adalah negara mayoritas Kristen.
Azerbaijan menuduh orang-orang Armenia menodai situs-situs Muslim selama dekade mereka menguasai Nagorno-Karabakh dan wilayah sekitarnya.
Armenia dikatakan telah menampung ternak di masjid.
Kementerian Luar Negeri Armenia pada Minggu mengecam vandalisasi katedral Ghazanchetsots di kota Shusha yang dikuasai Azerbaijan sebagai "keterlaluan".
Gereja Apostolik Armenia sebelumnya mengatakan pengacau merusak dinding gereja setelah pasukan Azerbaijan merebut kota itu.
Sementara Nagorno-Karabakh adalah republik otonom Azerbaijan selama periode Soviet.
Sebuah gerakan untuk bergabung dengan Armenia muncul di akhir tahun-tahun Soviet dan setelah Uni Soviet runtuh, perang meletus di mana sekitar 30.000 orang tewas dan ratusan ribu orang mengungsi.
Bentrokan sporadis meletus setelah perang berakhir pada tahun 1994 dan mediator internasional tidak berhasil mencari penyelesaian sengketa.
Pertempuran skala penuh berkobar lagi pada 27 September lalu.
Azerbaijan membuat kemajuan signifikan dan seminggu yang lalu mengumumkan bahwa mereka telah merebut kota Shusha yang strategis dan kritis. Kesepakatan gencatan senjata datang dua hari kemudian. (*)