AS Klaim Vietnam Bertindak sebagai Benteng Anti-China, Beijing Semprot Washington: Jangan Mimpi!

Selasa, 03 November 2020 | 20:00
The Atlantic

Donald Trump

Sosok.ID - Media pemerintah China, Global Times menanggapi sebuah artikel yang diterbitkan media AS The Voice of Amerika.

The Voice of America pada hari Sabtu merilis artikel berjudul "Vietnam mendapat dorongan dari sekutu Barat dalam pertahanannya melawan China".

Dalam tulisan tersebut dikatakan bahwa kepemimpinan Vietnam tahun ini di ASEAN telah membuka pintu untuk meningkatkan pertahanan negara melawan "saingan lama China" melalui hubungan yang kuat dengan Barat.

Artikel itu juga mengutip pendapat para ahli yang menyatakan bahwa Vietnam adalah salah satu "benteng pertahanan melawan China."

Baca Juga: Lebih Parah dari China, Vietnam dalam 4 Bulan Terjunkan 21 Kapal Ikan untuk Rongrong Natuna Utara, Nyolot Sejak Kapal Ilegal Tak Ditenggelamkan

Melansir Global Times, Selasa (3/11/2020), China menyoroti pandangan Amerika Serikat (AS) terhadap Vietnam yang dianggap bertindak sebagai 'benteng melawan China' hanya mimpi yang tidak akan dicapai AS.

Pandangan dalam artikel itu mewakili angan-angan sebagian besar elit politik Amerika bahwa Vietnam dan anggota ASEAN lainnya akan meninggalkan kerja sama timbal balik mereka dengan China, dan mengabdikan diri pada kubu anti-China.

Beijing menganggap Washington telah meremehkan kebijaksanaan politik negara-negara ASEAN.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Stephen Biegun mengatakan di bulan Agustus bahwa AS ingin melihat Vietnam, Korea Selatan dan Selandia Baru bergabung dengan Quad yang diperluas, menurut Asia Times.

Baca Juga: Tak Ada Angin dan Hujan, China Mendadak Perintahkan WargaTimbun Persediaan Darurat, Benarkah Antisipasi Perang Musim Dingin?

China mengatakan bahwa hal itu menunjukkan ambisi AS untuk membentuk "NATO Asia."

Sementara itu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo baru-baru ini telah melakukan tur di 5 negara Asia, dalah satunya menyelesaikan perjalanan kejutan ke Vietnam.

Pompeo mengatakan kepada Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc, "Kami sangat menghormati rakyat Vietnam dan kedaulatan negara Anda."

Namun, rentetan langkah AS dinilai China ditakdirkan akan sia-sia.

Pada tahun 2018, Vietnam mengambil alih Malaysia sebagai mitra dagang terbesar Tiongkok di ASEAN, dan Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar Vietnam selama 15 tahun berturut-turut.

Baca Juga: Bertekad Bulat-bulat, China Genjot PLA agar Setara Militer AS di Tahun 2027, Xi Jinping Dikhawtirkan Seumur Hidup Jadi Presiden

Vietnam merupakan negara penting bagi China untuk mempromosikan Belt and Road Initiative (BRI), terutama Jalur Sutra Maritim Abad 21, dan ekonomi Vietnam juga mendapat manfaat dari BRI.

Dalam keadaan seperti itu, semua negara akan mempertimbangkan kepentingan mereka sendiri alih-alih meninggalkan kerja sama yang saling menguntungkan dan bertindak sebagai "benteng" melawan China.

China dan Vietnam adalah negara sosialis. AS telah menekan kebangkitan China, kekuatan sosialis utama, dan Pompeo bahkan menyebut Partai Komunis China sebagai "tirani baru".

Baca Juga: Bualan Perang vs China Sia-sia, Senjata Militer Taiwan Sudah Ringsek, Eks Mayor Jenderal Kesal: Mau Perang Pakai Sapu? Beli dari AS Tak Ada Gunanya!

Ini sedikit banyak akan memicu kewaspadaan Vietnam.

Lagi pula, Global Times melaporkan, bagi sebagian elit politik Amerika, perselisihan ideologis telah tertanam di benak mereka, dan prasangka mereka terhadap negara-negara sosialis sulit untuk diubah.

Demi menekan China, Washington lebih memilih untuk sementara waktu meremehkan prasangka tersebut dan mencoba memenangkan hati Hanoi.

Namun dalam jangka panjang, orang juga akan menyadari bahwa begitu Vietnam sepenuhnya beralih ke AS, faktor ideologis akan menjadi duri dalam hubungan mereka.

Baca Juga: Janji-janji AS Bertebaran di 5 Negara Asia, Saat Tiba di Indonesia Iming-iming Bakal Tingkatkan Investasi, Takut Kalah dari China?

Artikel yang diterbitkan VoA juga menyebutkan bahwa Vietnam menginginkan "teman yang kuat sebagai cadangan" untuk menangkis "ekspansi" China di Laut China Selatan.

China dan Vietnam memiliki sengketa wilayah maritim, tetapi ini bukanlah gambaran keseluruhan dari hubungan bilateral mereka.

Kedua negara memiliki kemampuan untuk menangani perselisihan ini dan mencegahnya menjadi aspek dominan dalam hubungan mereka.

Tetapi beberapa politisi Amerika terus menghasut Vietnam dalam upaya untuk membangkitkan nasionalisme ekstrim di negara itu.

Baca Juga: Upaya Jegal Kaki China Terus Jalan, Beijing Gemetar AS Dorong Sayap Kanan Radikal Jepang Terlibat Perang di Diaoyu

Vietnam akan menyadari bahwa alat geopolitik tidak akan membantu mengurangi sengketa maritim.

Melakukan pengendalian terhadap masalah Laut China Selatan dan negosiasi damai adalah pilihan terbaik.

Di bawah paksaan AS, Vietnam dan beberapa negara Asia lainnya menghadapi tekanan yang meningkat untuk memihak.

Namun, tidak peduli bagaimana AS mencoba melobi, menjaga hubungan kerja sama dengan China dan AS akan tetap menjadi pilihan pertama negara-negara ini. (*)

Tag

Editor : Rifka Amalia

Sumber Global Times, VOA News