Sosok.ID - Kapal induk Ronald Reagan dan kelompok penyerang kembali ke Laut Cina Selatan pada Kamis (15/10/2020) untuk ketiga kalinya di tahun 2020.
Melansir navytimes.com, kapal induk yang berbasis di Jepang ini bergabung dengan Carrier Air Wing 5, kapal penjelajah berpeluru kendali Antietam dan kapal perusak berpeluru kendali John S. McCain dan Halsey.
Di sana, kelompok pemogokan melakukan operasi penerbangan, latihan pemogokan maritim, dan pelatihan antara unit permukaan dan udara.
Kepala Operasi Angkatan Laut (CNO), perwira militer senior dari Departemen Angkatan Laut mengatakan dalam cuitanya.
"@USNavy akan terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan," tulisnya dalam akun Twitter @USNavyCNO
Sementara itu Armada Pasifik AS membagikan foto-foto dimana kapal perusak berpelurunya sedang transit di selat Taiwan.
"Kapal perusak berpeluru kendali @ US7thFleet #USSBarry melakukan transit rutin Selat Taiwan pada hari Rabu, menunjukkan komitmen AS terhadap #FreeandOpenIndoPacific," tulis @USPacificFleet.tw.
Laut China Selatan terus menjadi area perselisihan.
Agresivitas Beijing dalam mengklaim perairan di wilayah tersebut memunculkan kekhawatiran dunia internasional.
Beijing menggencarkan klaimnya, sementara Amerika Serikat dan mitranya terus mengirim kapal ke wilayah tersebut untuk memberi sinyal kepada China bahwa perairan tersebut harus tetap internasional.
Pada hari Selasa, Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada pasukannya untuk "mengerahkan semua pikiran dan energi (mereka) untuk mempersiapkan perang," menurut CNN.
"Sepanjang penempatan kami, kami melanjutkan tradisi panjang kami yang menunjukkan komitmen Amerika Serikat untuk penggunaan yang sah dari laut,
"Dan mempertahankan akses terbuka ke kepentingan internasional," kata komandan kelompok pemogokan Laksamana Muda George Wikoff dalam sebuah pernyataan.
Kepindahan kapal induk ke Laut China Selatan dilakukan sehari setelah kapal perusak Barry melakukan transit melalui Selat Taiwan, navigasi Angkatan Laut mengatakan "menunjukkan komitmen AS untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka". (*)