Sosok.ID - Sudah semenjak beberapa tahun terakhir pemandangan kepadatan orang-orang Timor Leste di depan Kedutaan Besar Portugal di Dili menjadi hal yang biasa.
Bahkan antrian orang yang didominasi oleh pemuda tersebut sampai mengular.
Kerumunan pemuda itu bukan tanpa alasan, mereka menanti sambil berharap bisa mendapatkan paspor Portugal.
Harapan mereka tinggi untuk bisa menjadi warga negara Portugal dan hengkang secepatnya dari Timor Leste.
Keinginan anak-anak muda itu untuk meninggalkan kampung halaman sangat beralasan.
Sebab semenjak merdeka menjadi sebuah negara dan terlepas dari Indonesia, Timor Leste hanya mengalami sedikit perubahan.
Mengutip dari The Interpreter, Jumat (2/10/2020), bahkan Timor Leste kekurangan lapangan pekerjaan.
Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa beberapa tahun terakhir banyak pemuda Timor Leste yang lebih memilih untuk pergi ke luar negeri.
Tujuan pertama mereka adalah benua Eropa melalui Portugal.
Dilansir dari Kompas.com, menurut analisis dari laporan Sensus Analisis Angkatan Kerja, di Timor Leste masih menunjukkan tingkat pengangguran yang cukup tinggi.
Bahkan keadaan tersebut telah berlangsung lama semenjak tahun 2015 atau lima tahun lalu yang mencapai 12,3 persen dari total populasi pada tahun 2015.
Angka tersebut jauh diatas rata-rata pengangguran tingkat nasional di sana yang hanya sebesar 4,8 persen.
Selain itu menurut analisis dari Sensus Penduduk dan Perumahan di Timor Leste, pemuda berusia produktif yakni 15 sampai 20 tahun cukup banyak.
Setidaknya sekitar 20 persen dari penduduk Timor Leste didominasi usia-usia produktif tersebut.
Alih-alih merdeka dari Indonesia dan berdiri menjadi sebuah negara, perekonomian Timor Leste justru tak kunjung membaik.
Beberapa tahun terakhir misalnya, angka pengangguran dan angka lapangan kerja yang tersedia tidak sebanding.
Dari laporan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi penididkan seseorang, semakin tinggi pula risiko menganggur.
Persentase pengangguran pada kaum muda yang tidak berpendidikan atau nonformal adalah di bawah 10 persen.
Sementara pemuda yang tamat sekolah menengah, persentase penganggurannya adalah 18 persen.
Ironisnya, persentase penganggutan pemuda yang lulus perguruan tinggi adalah 20 persen.
Sensus Laporan Analisis Pendidikan melaporkan bahwa pemuda yang tidak bekerja dan tidak berpendidikan atau tidak memiliki pelatihan persentasenya adalah 27,7 persen.
Bahkan sebanyak 53,4 persen pemuda yang telah menyelesaikan pendidikan saat pencacahan tahun 2015 tercatat tidak bekerja.
Tingginya pengangguran di Timor Leste setidaknya disebabkan dua hal.
Kesempatan kerja dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja memang sangat minim.
Tidak adanya pekerjaan bagi kaum muda telah banyak diberitakan di media Timor Leste dan disoroti oleh organisasi masyarakat sipil.
Kini pun banyak orang-orang dari Timor Leste yang memilih menjadi pekerja migran di Inggris dan pekerja musiman di Australia.
Selain itu banyak pemuda di Timor Leste memilih program kerja sementara di Korea.
Bahkan yang tambah miris, banyak perusahaan dalam negeri di Timor Leste yang kesulitan mencari pekerja sesuai dengna kebutuhan mereka.
Realitas anak muda yang pergi ke Eropa atau program pemerintah yang mengirim pekerja ke Australia dan Korea Selatan menunjukkan kurangnya peluang yang perlu ditangani.
Perekonomian Timor Leste juga sangat bergantung pada pengeluaran pemerintah.
Dan selama bertahun-tahun, sektor publik telah menjadi pemberi kerja terbesar di sektor formal. (*)