Usai Menunggu Puluhan Tahun, Mantan Narapiadana Sumringah Bakal Pimpin Malaysia

Senin, 28 September 2020 | 07:13
Twitter @anwaribrahim

Anwar Ibrahim, Eks Napi Kasus Sodomi Calon Pengganti Mahathir Mohamad di Kursi Perdana Menteri untuk Pimpin Malaysia

Sosok.ID - Di Malaysia ada seorang oposisi yang sangat diperhitungkan oleh pemerintah Kuala Lumpur.

Ia adalah Anwar Ibrahim.

Namanya mencuat karena terlalu vokal menentang partai penguasa Malaysia, UMNO.

Anwar Ibrahim dikenal karena karier politiknya yang penuh gejolak.

Kini perjuangannya selama puluhan tahun untuk memimpin Malaysia bakal terwujud.

Baca Juga: Korea Selatan Yakin Pejabatnya yang Hanyut hingga Perairan Korea Utara Ditembak dan Dibakar Bukan atas Perintah Kim Jong Un, Intelijen Negeri Ginseng Beberkan Alasannya

Tak heran jika dia dikenal sebagai salah satu tokoh paling kontroversial di Asia Tenggara.

MelansirBBC,Anwar Ibrahim sempat berada di titik puncak untuk menjadi perdana menteri beberapa kali. Namun, upayanya gagal karena tuduhan sodomi.

Hal tersebut membuat Anwar Ibrahim dipenjara selama bertahun-tahun di bawah kepemimpinan tokoh politik Mahathir Mohamad, yang juga pernah menjadi mentor Anwar.

Karir politik

Kini, Anwar Ibrahim sudah berusia 73 tahun. Pada tahun 1982, dia mengejutkan banyak orang dengan bergabung dengan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), partai yang berkuasa lama. Sejak saat itu, dia dengan cepat menaiki tangga politik dan memegang banyak jabatan kementerian.

Baca Juga: Nyawa Pimpinan Teroris di Suriah Diam-diam Dihabisi Militer AS dengan Senjata Rudal Rahasia dalam Pedang

Pada tahun 1993 ia menjadi wakil Perdana Menteri Mahathir dan secara luas diprediksi akan menggantikannya.

Namun, pada September 1998, Anwar dipecat dan memimpin aksi unjuk rasa publik terhadap Mahathir. Itu adalah awal dari Reformasi, sebuah gerakan reformasi yang akan mempengaruhi generasi aktivis demokrasi Malaysia.

BBC menuliskan, Anwar ditangkap dan akhirnya didakwa melakukan sodomi dan korupsi - tuduhan yang dia bantah dalam persidangan kontroversial. Namun, kasus terhadap Anwar Ibrahim secara internasional dikutuk sebagai kasus bermotif politik.

Aksi unjuk rasa disertai kekerasan meletus di jalanan ketika dia dipenjara selama enam tahun karena korupsi. Setahun kemudian dia dijatuhi hukuman sembilan tahun karena sodomi.

Anwar selalu menyatakan bahwa tuduhan itu adalah bagian dari kampanye kotor untuk membungkamnya karena dianggap sebagai ancaman politik terhadap Mahathir.

Pada akhir 2004, setahun setelah Mahathir mundur sebagai perdana menteri, Mahkamah Agung Malaysia membatalkan dakwaan sodomi dan membebaskan Anwar dari penjara.

Setelah dibebaskan, ia muncul sebagai ketua de facto dari oposisi yang baru bangkit yang mencatatkan penampilan kuat dalam pemilu 2008.

Namun klaim sodomi kembali diajukan terhadap Anwar pada 2008, yang menurutnya merupakan upaya lain pemerintah untuk menyingkirkannya. Pengadilan Tinggi akhirnya membebaskan Anwar dari dakwaan pada Januari 2012, dengan alasan kurangnya bukti.

Tahun berikutnya, ia memimpin oposisi ke tingkat yang baru dalam pemilihan yang memberikan penampilan terburuk bagi koalisi Barisan Nasional yang berkuasa.

Tapi sekali lagi ambisi Anwar Ibrahim digagalkan. Saat dia bersiap untuk bertarung dalam pemilihan negara bagian pada 2014, pembebasan sebelumnya dibatalkan dan dia dikirim kembali ke penjara.

Kembali berpolitik

Dalam peristiwa yang mengejutkan pada tahun 2016, mantan saingannya, Mahathir, mengumumkan bahwa dia akan keluar dari masa pensiunnya untuk mencalonkan diri lagi sebagai perdana menteri.

Pria berusia 92 tahun itu mengatakan dia muak dengan tuduhan korupsi yang melanda perdana menteri saat itu, Najib Razak.

Tetapi untuk mengembalikannya ke tampuk kekuasaan tertinggi, Mahathir membuat kesepakatan yang tidak mungkin dengan Anwar yang masih dipenjara. Pasalnya, Anwar tetap sangat populer di kalangan pendukung oposisi.

Dalam momen yang banyak dipublikasikan, keduanya tampak bersalaman, menandai dimulainya reuni politik yang luar biasa.

Mahathir memimpin aliansi Pakatan Harapan meraih kemenangan dalam pemilihan penting 2018, mengakhiri rekor 61 tahun Barisan Nasional yang tak terputus dalam memerintah Malaysia.

Mahathir akhirnya berhasil menjadi perdana menteri Malaysia lagi. Dia mengindikasikan akan menyerahkan kekuasaan kepada Anwar dalam dua tahun. Dia juga memenuhi janjinya untuk membebaskan Anwar dari penjara.

Akan tetapi, aliansi itu kemudian goyang seiring upaya Anwar yang menagih janji Mahathir untuk menyerahkan kekuasaan kepadanya.

Pada bulan Februari 2020, pengunduran diri Mahathir yang tak terduga menyebabkan keruntuhan koalisi, menjerumuskan Malaysia ke dalam periode kekacauan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Raja Malaysia, yang memiliki keputusan akhir tentang siapa yang harus membentuk pemerintahan, memilih Muhyiddin Yassin untuk memimpin. Penunjukkan ini secara efektif memulihkan tatanan lama ke kekuasaan.

Kini, Anwar mengatakan dia memimpin mayoritas parlemen yang "hebat" dan sedang mencari audiensi dengan raja untuk membentuk pemerintahan baru.

Klaimnya telah dibantah oleh Muhyiddin. Dia mengatakan bahwa dirinya masih merupakan Perdana Menteri Malaysia yang sah. Sedangkan raja saat ini berada di rumah sakit.

Mungkinkah Anwar Ibrahim mewujudkan mimpinya untuk memimpin Malaysia? (*)

Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul "Mimpi Anwar Ibrahim untuk memimpin Malaysia, mungkinkah bisa terwujud?"

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : kontan

Baca Lainnya