Sosok.ID - Arogansi China di Laut China Selatan memunculkan asumsi wilayah tersebut akan terjadi perang.
Campur tangan AS yang ikut mendukung negara ASEAN dan negara-negara yang wilayahnya diklaim China membuat ketegangan makin memuncak.
Kendati demikian Indonesia berulang kali menegaskan akan tetap menjaga perdamaian dan enggan terlibat dalam pertikaian.
Para pemimpin Indonesia dan China, sepakat untuk menyelesaikan masalah di Laut China Selatan melalui dialog.
Pejabat senior pemerintah Indonesia pada Rabu (9/9/2020) mengatakan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mitranya dari China, Wei Fenghe, telah sepakat untuk menyelesaikan masalah yang timbul di Laut China Selatan.
Kedua menteri tersebut dalam pertemuan di Jakarta pada Selasa (8/9) juga membahas kemungkinan mengadakan latihan militer bersama.
Prabowo dan Wei juga membahas wacana pelatihan personel, dan investasi dalam proyek-proyek food estate Indonesia, kata seorang pejabat kepada The Straits Times tanpa menyebut nama, dikutip Sosok.ID, Minggu (13/9).
Baca Juga: Tiongkok Beringas Gerogoti Laut China Selatan, Retno Marsudi Ajak AustraliaGabungASEAN, Kenapa?
Prabowo dan Penasihat Negara China yang berkunjung dan Menteri Pertahanan Wei membahas masalah bilateral, termasuk upaya bersama untuk memerangi virus corona dan kerja sama dalam industri pertahanan, kata pernyataan pers yang dikeluarkan oleh kantor Prabowo pada Selasa malam.
Wei dalam pertemuan tersebut mengatakan, China bersedia untuk memperkuat dialog dan konsultasi dengan Indonesia untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan, kantor berita Xinhua melaporkan.
Wei diketahui mengunjungi Indonesia setelah mendarat di Kuala Lumpur pada hari Senin, di mana dia mengadakan pertemuan terpisah dengan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dan Menteri Pertahanan Ismail Sabri Yaacob.
Kunjungan itu dilakukan ketika para menteri luar negeri dari 10 anggota blok ASEAN yang mencakup Indonesia dan Malaysia memulai konsultasi regional tahunan pada hari Rabu (9/9), dengan gesekan AS-China, termasuk di Laut China Selatan, diharapkan menjadi agenda.
Pertemuan ASEAN dilakukan secara virtual akibat pandemi covid-19, dengan Vietnam sebagai ketuanya.
Sementara itu, diplomat senior China, Penasihat Negara Wang Yi, mengatakan pada hari Rabu bahwa Amerika Serikat secara langsung melakukan intervensi dalam sengketa teritorial dan maritim di Laut China Selatan karena kebutuhan politiknya sendiri, Reuters melaporkan.
AS menjadi pendorong militerisasi terbesar di kawasan tersebut, ungkap Wang dalam konferensi video dengan para menteri luar negeri di KTT ASEAN.
“Perdamaian dan stabilitas adalah kepentingan strategis terbesar China di Laut China Selatan. Itu juga merupakan aspirasi strategis bersama dari China dan negara-negara Asean,'' katanya dalam sebuah pernyataan yang diposting di situs kementerian luar negeri, seperti dikutip oleh Reuters.
Terkait hubungan Indonesia-China, pejabat Jakarta mengatakan bahwa hubungan bilateral telah ditandai dengan proyek yang saling menguntungkan, seperti proyek industri nikel joint-venture di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia.
Namun ada juga beberapa insiden perbatasan laut yang menegangkan antara kedua negara, yang telah dikelola oleh Jakarta dan Beijing.
Indonesia telah berulang kali menekankan kedaulatannya atas wilayah di utara Kepulauan Natuna, di mana dikatakan telah terjadi perambahan oleh kapal China dan Vietnam selama bertahun-tahun.
Bahkan kapal China kembali terdeteksi di Natuna belum lama di bulan September ini.
Tiga tahun lalu, seorang pejabat senior pemerintah Indonesia meluncurkan peta yang mengidentifikasi bagian Laut Cina Selatan di utara Kepulauan Natuna sebagai Laut Natuna Utara.
Meskipun wilayah tersebut termasuk dalam zona ekonomi eksklusif Indonesia, namun sebelumnya tidak disebutkan namanya dan dijadikan bagian dari Laut Cina Selatan.
China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan sebagai wilayah kedaulatannya, tetapi Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam juga mengklaim bagian-bagian dari wilayah yang dilalui perdagangan sekitar US $ 3 triliun (S $ 4,1 triliun) setiap tahun.
Meski begitu Indonesia telah bersikukuh tidak menjadi pihak dalam sengketa Laut China Selatan, dan tidak ingin terlibat dalam persaingan AS-China untuk mendapatkan pengaruh regional.
"ASEAN, Indonesia, ingin menunjukkan kepada semua bahwa kami siap menjadi mitra," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kepada Reuters, Selasa.
"Kami tidak ingin terjebak oleh persaingan ini."
Indonesia telah menyaksikan banyak investasi China dan kerja sama bisnis di negara itu dalam beberapa tahun terakhir, termasuk perusahaan farmasi milik negara Bio Farma yang bekerja dengan perusahaan China Sinovac untuk vaksin Covid-19 sejak April.
Ekonomi terbesar di Asia Tenggara saat ini sedang mencari investor untuk mendorong pengembangan dua perkebunan pangan nasional di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara sebagai bagian dari upaya untuk mencegah dampak buruk dari krisis pangan global akibat pandemi Covid-19. (*)