12 Negara Termasuk Indonesia Dimainkan China untuk Perkuat Logistik Militer Luar Negeri, Pakistan pun Jadi Sasaran!

Rabu, 09 September 2020 | 19:13
Xinhua/Li Gang

China bangun kekuatan militer negeri dengan libatkan 12 negara termasuk Indonesia dan Pakistan.

Sosok.ID - Departemen Pertahanan Amerikas Serikat (AS) menyebutkan, Pakistan menjadi salah satu negara yang digunakan China untuk memperkuat fasilitas militer.

Selain Pakistan, ada pula negara-negara Asia yang dilibatkan China demi mengejar targetnya.

Beberapa di antaranya yakni Myanmar, Thailand, Singapura, dan Indonesia.

China disebutkan sedang berusaha untuk membangun logistik luar negeri yang kuat dan infrastruktur dasar untuk memungkinkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) memproyeksikan dan mempertahankan kekuatan militer pada jarak yang lebih jauh.

Baca Juga: Jiper? Bak Amit-amit Satu Kandang dengan Militer China, India Ngacir Undur Diri dari 'Medan Perang' Kavkaz-2020

Dilansir Sosok.ID dari timesnownews.com, Rabu (9/9/2020), Beijing telah meningkatkan keterlibatan bilateral dan multilateral untuk meningkatkan kemampuan PLA demi mengatur dan mengelola operasi gabungan yang mengintegrasikan pasukan asing.

''Pasukan Dukungan Strategis (SSF) China menjalankan stasiun pelacakan, telemetri dan komando di Namibia, Pakistan, dan Argentina."

Departemen Pertahanan AS telah mengkonfirmasi bahwa China telah menggunakan Pakistan untuk fasilitas logistik militer.

Dalam laporan tahunannya kepada Kongres AS tentang 'Perkembangan Militer dan Keamanan yang melibatkan Republik Rakyat China 2020', Departemen Pertahanan AS mengatakan, Pakistan termasuk di antara 12 negara yang dipilih oleh China untuk mencapai tujuannya.

Baca Juga: Bikin Ulah, India Brutal 'Hujani' Tembakan untuk PLA di Perbatasan, China Murka Kesepakatannya Dilanggar: Hentikan Sekarang!

China berusaha membangun logistik luar negeri yang kuat dan infrastruktur dasar untuk memungkinkan Tentara Pembebasan Rakyat memproyeksikan dan mempertahankan kekuatan militer pada jarak yang lebih jauh, kata laporan yang diterbitkan pekan lalu.

"Di luar pangkalannya saat ini di Djibouti, RRC kemungkinan besar sudah mempertimbangkan dan merencanakan fasilitas logistik militer luar negeri tambahan untuk mendukung angkatan laut, udara dan darat."

"RRT kemungkinan telah mempertimbangkan lokasi untuk fasilitas logistik militer PLA di Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola dan Tajikistan," terang laporan itu.

Baca Juga: Lagaknya Tawarkan Proposal Kekuatan Gabungan di Laut China Selatan, Nyatanya China hanya Galagasi ke Indonesia, Bakal Selalu Bermuka Dua hingga Berhasil Kuasai Perairan Natuna

Ia juga menambahkan bahwa tujuan China dengan proyek One Belt, One Road (OBOR) di Pakistan yang berhubungan dengan jaringan pipa dan pembangunan pelabuhan adalah untuk mengurangi ketergantungan Beijing pada pengangkutan sumber daya energi melalui chokepoint strategis, seperti Selat Malaka.

"Untuk mendukung strategi nasionalnya, RRT mengejar berbagai tujuan melalui OBOR termasuk memperkuat integritas teritorialnya, meningkatkan keamanan energinya, dan memperluas pengaruh internasionalnya.

Mengingat Partai memandang kepentingan keamanan dan pembangunan RRT sebagai pelengkap, RRT memanfaatkan OBOR untuk berinvestasi dalam proyek-proyek di sepanjang pinggiran barat dan selatan Tiongkok.

Baca Juga: Percaya Diri, Hadapi Amerika dan India Sekaligus, China Kerahkan Armada Perang Full Power

Hal ini dilakukan demi meningkatkan stabilitas dan mengurangi ancaman di sepanjang perbatasannya.

Adapun proyek OBOR yang terkait dengan jaringan pipa dan pembangunan pelabuhan di Pakistan bermaksud untuk mengurangi ketergantungan China pada pengangkutan sumber daya energi melalui chokepoints strategis, seperti Selat Malaka, "kata departemen tersebut.

Laporan di atas juga menunjukkan bahwa Beijing telah meningkatkan keterlibatan bilateral dan multilateral dengan militer asing.

Beberapa negara yang dilibatkan yakni Rusia, Pakistan, dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Ini merupakan bagian dari strategi China untuk meningkatkan kemampuan PLA dalam mengatur dan mengelola operasi gabungan yang mengintegrasikan pasukan asing.

Pentagon juga mencatat bahwa Pasukan Dukungan Strategis (SSF) China menjalankan stasiun pelacakan, telemetri dan komando di Namibia, Pakistan, dan Argentina.

Baca Juga: Makin Genting! 2 Kapal Induk China Untuk Pertama Kalinya Dioperasikan Bersama-sama, Militer AS Harus Waspada, Peneliti Sebut 2 Kapal Cukup Untuk Hancurkan Pulau Taiwan

"RRT menggunakan forum multilateral dan organisasi internasional untuk menghasilkan peluang baru untuk memperluas pengaruhnya.

"Memperkuat pengaruh politiknya, mempromosikan pesan strategis yang menggambarkannya sebagai aktor global yang bertanggung jawab, memajukan kepentingan pembangunannya dan membatasi campur tangan luar dan kritik terhadap inisiatifnya," kata laporan itu, dikutip dari kantor berita ANI.

Baca Juga: Lancang! Tiongkok Ajak RI Lakukan Pembangunan Bersama meski Natuna Bukan Milik China, Indonesia Jadi Incaran Demi Misi di Laut China Selatan

"Untuk mencapai tujuan ini, RRT telah merangkul organisasi multilateral seperti Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, Organisasi Kerja Sama Shanghai, Uni Afrika, "Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, serta forum dan inisiatif seperti Forum tentang Kerjasama China-Afrika, Forum Kerjasama China-Arab, inisiatif "17 + 1" antara China dan 17 negara Eropa Tengah dan Timur, dan Belt and Road Forum, "tulis laporan. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Timesnownews.com

Baca Lainnya