Corona di Jakarta Mengerikan, Anies Baswedan: Jumlah Testing Lebih Tinggi dari Batas Ideal WHO, Ini Mengkhawatirkan

Minggu, 06 September 2020 | 14:42
Dokumentasi Pemprov DKI Jakarta

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Sosok.ID - Pandemi virus corona, masih belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Indonesia sendiri masih berjuang mencegah laju sebaran virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 ini.

Ibu Kota Indonesia, Jakarta, menjadi salah satu wilayah paling terdampak pandemi virus corona.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahkan menyebutkan, angka peningkatan kasus infeksi di Jakarta sangat mengkhawatirkan.

Baca Juga: Ternyata Inilah Alasan Anies Baswedan sebut Penemuan Covid-19 di Jakarta yang Mencapai 1000 Lebih Perhari Adalah Kabar Baik

Melansir Kompas.com, laporan kasus harian virus corona di Jakarta beberapa kali telah menyentuh angka 1.000.

Ini adalah jumlah yang sangat besar untuk sebuah kasus di sebuah kota.

Selain Jakarta, Anies menyebutkan Sumatera Barat menjadi provinsi lain yang perlu diperhatikan lebih banyak lagi.

"Di Indonesia hanya ada dua provinsi yang (jumlah testing) melampaui angka WHO, yakni Jakarta dan Sumatera Barat."

Baca Juga: Bokek Tak Punya Duit, Warga Thailand Protes Militernya Beli Kapal Selam dari China

"Jakarta sekarang mengkhawatirkan," tegas Anies.

"Dalam tiga minggu terakhir, angka (penambahan kasus positif harian) naik terus, artinya apa? Kita mendeteksi banyak, penularan juga terjadi angkanya banyak," lanjutnya, Jumat (4/9/2020), dikutip dari Kompas.com.

Menurut Anies, angka penularan Covid-19 di Jakarta berbanding lurus dengan jumlah testing yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta.

Saat ini Pemprov DKI telah melakukan testing lima kali lebih tinggi dari batas ideal yang ditentukan oleh WHO, klaim Anies.

Baca Juga: Sedang Flu dan Berlendir? Ini Ciri-ciri Lendir Warna dari Virus Corona

Anies tak lelah mengimbau agar masyarakat patud dan disiplin dengan protokol kesehatan 3M.

Yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sesering mungkin.

Sebagai pemangku kebijakan, Pemprov DKI Jakarta mengerjakan 3T, yakni testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan), dan treatment (perawatan).

Hal itu juga diterapkan di seluruh wilayah di Nusantara.

Baca Juga: Di Tangan Besinya Jerman Terbebas dari Corona, Angela Merkel Temukan Bukti Covid-19 Akan Makin Parah Gegara Perang AS-China: Ini Masalah Serius!

Kasus di Ibu Kota mengundang perhatian epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono.

Miko Wahyono menyampaikan kekhawatirannya, bahwa peningkatan kasus yang kian marak di Jakarta mengindikasikan masih banyaknya kasus infeksi yang hingga kini belum terdeteksi.

"DKI Jakarta ini sedang melakukan tes sebanyak-banyaknya. Nah, dengan tes itu, banyak kasus terdeteksi. Itu kan berarti masih banyak kasus yang belum terdeteksi," katanya, Jumat (4/9).

Miko menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan isolasi sebaik mungkin, demi mencegah meluasnya sebaran virus covid-19.

Baca Juga: Bosan Belajar Online Berbulan-bulan, 18 Siswa Sekolah Ini Pilih Menikah Dini, Begini Penjelasannya!

Ia juga menyampaikan apresiasinya kepada Anies Baswedan dan jajarannya yang memilih untuk mengisolasi seluruh pasien di gedung pemerintah.

Baik yang bergejala berat, ringan, atau bahkan tanpa gejala.

"Jadi dengan mengisolasi ke gedung pemerintah, upaya penyebaran di tetangganya akan terhindar," kata dia.

Miko menyoroti peningkatan kasus belakangan diakibatkan karena libur panjang dan kebijakan Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masih belum berhasil.

Baca Juga: Ogah Lagi Gunakan Masker Saat Berjualan, Pedagang Pasar Berlalasan Corona Telah Usai: Untuk Apa Pakai Masker, di Kantor DPRD Sudah Joget-joget Tak Pakai Masker...

Ia berharap pemprov DKI melakukan perbaikan aturan PSBB dengan menutup tempat-tempat non-esensial.

"PSBB harus diperbaiki, jangan transisi. Dibatasi saja, namanya juga pembatasan sosial. Kalau bisa tempat wisatanya tutup dulu, bioskop tutup dulu," ujarnya. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya