China dan Rusia Marah Besar, Jepang Ingkari Perjanjian Usai Perang Dunia II Tentang Senjata Jarak Jauh, Kini Rencanakan Senjata Jarak Jauh yang Bisa Jangkau Korea Utara

Jumat, 31 Juli 2020 | 18:00
@jmsdf_pr

China dan Rusia Marah Besar, Jepang Ingkari Perjanjian Usai Perang Dunia II Tentang Senjata Jarak Jauh, Kini Rencanakan Senjata Jarak Jauh yang Bisa Jangkau Korea Utara

Sosok.ID - Sebuah proposal tentang senjata militer jarak jauh belum lama ini telah disahkan oleh Komite partai penguasa di Jepang.

Dengan pengesahan tersebut, tak lama lagi Negeri Sakura akan memiliki persenjataan militer canggih sejajar dengan China dan Rusia serta Amerika Serikat.

Bahkan persenjataan jarak jauh yang diklaim mampu menangkal serangan rudal balistik tersebut disebut mampu jangkau wilayah musuh.

Penyataan itupun menggemparkan dunia militer internasional mengai perjanjian yang telah dibuat puluhan tahun yang lalu.

Baca Juga: Terima Tantangan AS, Jepang dan Inggris di Laut China Selatan, Tiongkok Kebut Bangun 2 Kapal Induk Canggih Setara dengan HMS Queen Elizabeth, Siap Perang?

Proposal yang disetujui oleh penguasa Jepang tersebut kini dianggap sebagai pengingkaran perjanjian perang dunia II.

Padahal sejak kekalahannya dalam perang dunia II, peran militer Jepang telah dibatasi dan hanya berfungsi sebagai alat pertahanan negara.

Oleh sebab itu militer Jepang dilarang keras untuk melakukan penyerangan pada negara lain.

Namun dengan persetujuan prososal persenjataan militer jarak jauh oleh komite penguasa di Jepang ini membuat sejumlah negara khawatir.

Baca Juga: Tiongkok Makin Kepepet, Gegara Isu Mata-mata di Inggris, Militer Ratu Elisabeth Ikut Serbu Laut China Selatan dengan Kapal Induk Bergabung bersama Militer AS dan Jepang

Melansir dari The Globe and Mail, Jumat (31/7/2020), dengan persetujuan prososal militer tersebut jepang ditaksir mampu memiliki senjata muktahir dalam waktu dekat.

Sangking hebatnya, bahkan senjata yang baru akan dibuat ini mampu menjangkau wilyaha Korea Utara dalam waktu singkat.

Mendengar pernyataan tersebut, Rusia dan China pun marah besar atas pengingkaran perjanjian masa menjelang berakhirnya PD II mengenai militer Jepang tersebut.

"Negara kita perlu mempertimbangkan cara untuk memperkuat pencegahan, termasuk memiliki kemampuan untuk menghentikan serangan rudal balistik di wilayah musuh," bunyi dokumen tersebut.

Baca Juga: Tiongkok Semakin Terdesak, Jepang dan India Adakan Latihan Bersama di Samudera Hindia, Sekongkol Lawan China?

Terungkap bahwa proposal mengenai persenjataan militer modern tersebut dibuat oleh anggota parlemen senior dari Partai Demokrat Liberal Jepang (LDP).

Tak hanya anggota parlemen tetapi, mantan Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera ternyata juga menyetujui proposal tersebut.

Proposal yang disampaikan kepada Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe pekan depan tersebut diklaim tak melanggar aturan baik dalam negeri maupun internasional.

Hal tersebut diungkapkan oleh Onodera yang mengatakan bahwa proposal masih dalam batas konstitusi dan untuk mematuhi hukum internasional.

Baca Juga: Ogah Kecolongan Atas Kenekatan Tiongkok yang Ingin Kuasai 90 % Laut China Selatan, Jepang Lebih Pilih Modifikasi 2 Kapal Perang Jadi Kapal Induk Lawan Xi Jinping

Globaldefensecorp.com
Globaldefensecorp.com

Amerika Bisa Deteksi Semua Pergerakan Militer China dari Jepang

Proposal tersebut tersebut akan dibahas oleh Dewan Keamanan Nasional Jepang (NSC) yang diharapkan dapat menyelesaikan kebijakan pertahanan baru pada akhir September.

sedang Shinzo Abe sendiri mendesak parlemen untuk segera memperkuat militer Jepang lantaran situasi Kawasan Asia Timur sedang memanas.

Itu dikarenakan beberapa hal seperti Korea Utara yang rajin mengembangkan rudal dan senjata nuklir, China yang semakin memodernkan pasukannya, dan Rusia yang ingin kembali hadir di kawasan tersebut.

Baca Juga: China Kembali Berulah, Tiongkok Rebut Kepulauan Ini yang Disebutnya Telah Jadi Hak Milik Sejak Tahun 1400, Jepang: Kami Akan Menganggapi Dengan Tegas dan Tenang!

Opsi Jepang untuk menyerang rudal musuh di wilayahnya cukup menarik dibandingkan mencegat rudal yang sudah diluncurkan dengan kcepatan suara.

Namun, diperlukan penginderaan yang canggih untuk hal tersebut.

Oleh karena itu, Jepang mungkin akan meminta bantuan penginderaan dari satelit yang dimiliki Amerika Serikat (AS).

Kementerian Pertahanan Jepang dapat memutuskan pembelian peralatan pada akhir tahun ini, kata pejabat pemerintah kepada Reuters.

Baca Juga: Setelah Negara ASEAN, India dan Taiwan, Kini China Berulah Lagi Untuk Duduki Kepulauan Senkaku yang Bikin Jepang Marah Besar: Kami Akan Merespons dengan Tegas!

Pertimbangan untuk membangun persenjataan baru tersebut juga didorong oleh keputusan Menteri Pertahanan Jepang Kono Taro pada Juni.

Keputusan untuk membuat senjata jarak jauh tersebut dilontarkan oleh Taro sesaat setelah membatalkan pembangunan dua sistem pertahanan anti rudal balistik Aegis Ashore yang dianggap akan membahayakan penduduk sipil.

Baca Juga: Sama-sama Miliki Senjata Canggih Termasuk Nuklir, India dan China Lebih Pilih Perang Batu dan Baku Hantam, Ternyata Ini Alasannya!

Proposal tersebut juga merekomendasikan untuk memperoleh sistem radar pertahanan yang setara dengan Aegis Ashore yang juga mampu melacak ancaman lain seperti pesawat nirawak dan rudal jelajah. (*)

Tag

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber Reuters, The Globe and Mail