Kapal Penghancur USS Decatur dan Lanzhou yang Nyaris Tabrakan di Laut China Selatan Diklaim adalah Sebuah Kesengajaan, Ahli Beri Peringatan Keras, Sebut Ketegangan AS-Tiongkok Semakin Memuncak

Rabu, 24 Juni 2020 | 17:35
FB US Pacific Fleet

Ready To War, Amerika Rancang Operasi Ofensif untuk Gebuk PLA Navy China di Pasifik

Sosok.ID - Laut China Selatan saat ini tengah menjadi perhatian internasional.

Sebab, konflik yang terjadi antara China dan Amerika Serikat (AS) semakin memanas.

Bahkan, ketegangan semakin meningkat dari sebelumnya.

Seorang ahli bahkan telah memberikan wanti-wanti.

Baca Juga: Semangat Menyambut Perang dengan China, India Borong Berbagai Mesin Tempur Kelas Berat dari Rusia

Melansir dari Daily Star, hal itu disampaikan oleh Presiden Institut Nasional untuk Studi Laut China Selatan.

Ia mengatakan, Beijing dan Washington telah terjebak dalam persaingan sengit yang menyebabkan banyak saluran komunikasi antar pemerintah ditutup.

Dia mengatakan kepada South China Morning Post :

"Saya pikir risiko konflik meningkat, terutama setelah nyaris terjadi tabrakan antara kapal penghancur berpeluru kendali USS Decatur dan kapal penghancur China Lanzhou pada bulan September lalu di Laut China Selatan."

Baca Juga: Tak Jadi Pecah Perang, India dan China Telah Sepakat Lakukan Gencatan Senjata, Setelah Konflik Berdarah di Lembah Galwan Digadang-gadang Bakal Picu Perang Nuklir

"Jika situasi di luar kendali dan krisis terjadi, dampak pada hubungan bilateral akan kacau balau.

"Karena itu lah, dialog sangat dibutuhkan."

Biasanya, para petinggi militer dari masing-masing pihak bertemu secara tidak resmi di berbagai acara.

Dalam pertemuan itu, biasanya mereka akan membahas kebijakan untuk kedua pasukan.

Baca Juga: Amerika Memang Berniat Gempur China, 60 Persen Kekuatan US Navy Sudah Bercokol di Asia-Pasifik

Tetapi tahun ini pertemuan tahun ini tak dapat dilakukan karena pandemi virus corona masih berlangsung.

Ketegangan antara AS dan China semakin meningkat selama pandemi.

Kedua belah pihak saling menyalahkan atas penanganan mereka terhadap krisis yang sedang terjadi.

Sekarang, untuk pertama kalinya sejak berakhirnya Perang Dingin (Cold War), tiga kapal induk Angkatan Laut AS yang berbobot 100.000 ton kembali berpatroli di Samudra Pasifik.

Baca Juga: Tensi Tinggi! Tiga Kapal Induk Amerika Sudah Bersiaga di Mulut Perairan China

Zhou Feng, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Nanjing, mengatakan kebuntuan yang terjadi di antara kedua negara saat ini dapat menyebabkan konflik.

Dia menekankan bahwa kedua belah pihak harus mencoba mencari cara untuk menghindari kemungkinan krisis.

Feng menambahkan: “Saya cukup prihatin karena pertemuan kedua pasukan di Laut China Selatan dan Selat Taiwan tampaknya tidak bersifat insidental tetapi disengaja, baik di laut maupun di udara.

"Berurusan dengan pertemuan yang disengaja seperti itu tidak hanya membutuhkan manuver tetapi juga kepercayaan politik dan strategi.

Baca Juga: Giliran Eropa Tekan China, Jika Xi Jinping Acuh Bakal Ada Konsekuensi Serius

"Agar pertemuan yang disengaja itu tidak meningkat menjadi pertempuran yang menyebabkan banyak orang masuk ke rumah sakit."

Krisis antara kedua negara mencapai titik terendah di mana pembantu Trump bahkan menuduh China "sengaja mengirim orang ke luar negeri untuk menyebarkan virus corona" pada awal wabah.

Peter Navarro mengatakan: "Kami jauh lebih siap di bawah Presiden ini daripada ketika China menyuruh kami untuk memulainya.

“China menciptakan virus ini, mereka menyembunyikan virus dan mereka mengirim lebih dari ratusan ribu warga Tiongkok ke sini untuk menyebarkannya ke seluruh dunia.

Baca Juga: Kembali Tiongkok Tabrak Kapal Nelayan Vietnam dan Rampas Hasil Tangkapan di Laut China Selatan, Geram, Negara ASEAN Termasuk Indonesia Angkat Bicara!

"Apakah mereka sengaja melakukannya - itu pertanyaan terbuka. Tapi itu fakta. "

(*)

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Sumber : Daily Star

Baca Lainnya