Sosok.ID - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, meradangsetelah kemarin sempat tak kuasa membendung air matanya saat Badan Intelijen Negara (BIN) mengirimkan bantuan untuk Surabaya.
Bantuan yang diberikan BIN yaitu berupa alat kesehatan untuk memerangi Covid-19.
Seperti diketahui, Jawa Timur akhir-akhir ini menjadi sorotan sebab laporan kasus virus corona yang melonjak tajam.
Banyaknya kasus di Jawa Timur, terkhusus di Surabaya, bahkan memunculkan kekhawatiran jikalau kota yang dipimpin Risma ini berubah jadi Wuhannya Indonesia.
Kecemasan itu muncul dari penuturan Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi.
"65 persen Covid ada di Surabaya Raya. Ini tidak main-main, Surabaya bisa jadi Wuhan kalau warganya tidak disiplin," kata Joni pada Rabu (27/5), dikutip dari Kompas.com.
Tak ayal, Risma menjadi terharu kala kotanya dibantu oleh pemerintah pusat.
Seperti yang terjadi pada Kamis (28/5) malam, saat dua unit mobil kesehatan sampai di Balai Kota Surabaya.
Bantuan ribuan alat kesehatan dari BIN sukses membuat Risma menangis karena syukur.
"Alhamdulillah, saya terimakasih sekali, karena terus terang kita butuh percepatan untuk memutus mata rantai ini," kata Risma, dikutip Sosok.ID, dilansir dari Surya.co.id.
"Karena alatnya sudah lengkap, mudah-mudahan kita bisa selesaikan," ujarnya.
Sehari berselang, Surabaya kembali mendapatkan bantuan berupa mobil PCR dari BNPB.
Namun kejadian tak terduga membuat Risma geram hingga marah kepada Pemkot Jawa Timur.
Melansir Kompas.com, hal itu bermula kala bantuan dari BNPB tiba-tiba dialihkan ke daerah lain oleh Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur.
Padahal, menurut Risma, bantuan mobil PCR itu ditujukan untuk kotanya, bukan untuk wilayah lain di Jatim.
"Saya dapat (chat) WhatsApp Pak Doni Monardo kalau (mobil laboratorium) itu untuk Surabaya," katanya dengan nada tinggi, Jumat (29/5).
"Apa-apaan ini, kalau mau boikot jangan gitu caranya. Saya akan ngomong ini ke semua orang," ungkap Risma berang.
"Pak, saya enggak terima loh pak, betul saya enggak terima," ujar Risma di ujung telepon.
Hal yang membuat Wali Kota Surabaya begitu marah adalah karena banyak pasien yang telah menunggu mobil PCR tersebut.
Mereka menati kedatangan mobil PCR selama 5 jam, sebab bantuan fast lab itu tak kunjung tiba di lokasi.
Risma pun menunjukkan bukti bahwa bantuan itu benar-benar ditujukan untuk Surabaya.
Ia memperlihatkan chat dengan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo terkait bantuan alat fast lab tersebut.
"Teman-teman lihat sendiri kan, ini bukti permohonan saya dengan Pak Doni. Jadi ini saya sendiri yang memohon kepada beliau. Kasihan pasien-pasien yang sudah menunggu,” kata Risma.
Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya Febria Rachmanita menjelaskan, mobit itu harusnya diarahkan ke Hotel Asrama Haji.
Namun pihak Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur malah mengalihkannya ke Rumah Sakit Unair, sehingga jadwal ke asrama haji mundur di pukul 13.00 WIB.
Para pasien pun telah menunggu sejak pukul 12.30 WIB dengan tetap patuh pada protokol kesehatan.
"Ternyata, mobil itu tidak datang-datang hingga kami menunggu 5 jam-an dan mobil itu baru datang sekitar pukul 18.30 WIB," ungkap Febria, dilansir dari Antara via Kompas.com.
"Dan ternyata kemarin dua mobil itu dibawa ke Unair satu dan satu mobil lagi dibawa ke daerah lain," lanjutnya.
Baca Juga: Surabaya Bisa Jadi Wuhan, Dokter Ini Bagikan Cuitan Bobroknya Penanganan Corona di Kota Pahlawan
Padahal, mobil PCR itu telah dijadwalkan oleh Pemkot Surabaya untuk membantu mempercepat proses tes swab.
Tidak adanya koordinasi dari Gugus Covid-19 Jatim menjadikan pasien menunggu dalam waktu lama.
"Jadi, bantuan dari BNPB itu dua unit mobil laboratorium dan sudah kami tentukan titik-titiknya selama mobil itu berada lima hari di Kota Surabaya.," kata Febria.
"Masing-masing titik itu kami siapkan 200 orang untuk dilakukan tes swab. Mereka itu yang belum dites swab dan waktunya tes ulang, supaya cepat selesai penanganannya," lanjutnya. (*)