Sosok.ID - Jagat media Twitter dihebohkan dengan munculnya seorang dokter yang membuat utas terkait penanganan virus corona di Surabaya.
Utas itu dibuat dengan judul tak menyenangkan, dan telah disukai oleh sebanyak lebih dari 17 ribu orang.
Cuitan itu dibuat oleh akun @cakasana dengan nama pengguna Aditya C Janottama, yang diketahui sebagai seorang dokter di Rumah Sakit Royal Surabaya.
"Oke kalau gitu kita mulai saja... SEBUAH UTAS tentang bobroknya penanganan COVID-19 di Surabaya," katanya mengawali.
"Disclaimer: saya dokter yang bekerja di salah satu RS rujukan di Surabaya. Informasi bbrp tidak bisa saya sebutkan sumbernya, tp insyaallah valid," lanjutnya.
Dokter Aditya dalam cuitannya mengeluhkan adanya pembagian ventilator yang tidak merata di 15 RS rujukan di Surabaya.
"Ada yang punya ventilator, ada yang tidak. Ada yang ICUnya siap untuk COVID-19, ada yang tidak. Ada yang kamarnya pakai exhaust, ada yang pakai angin jendela," katanya.
Ia juga menyebut bahwa bantuan dari pemkot hanya satu ventilator ke RS Husada Utama, sementara di RS yang ditempatinya tidak mendapat bantuan.
Lebih lanjut ia terus mengeluhkan terkait minimnya APD dan pemeriksaan yang tak merata.
Oke kalau gitu kita mulai saja... SEBUAH UTAS tentang bobroknya penanganan COVID-19 di SurabayaMenanggapi hal tersebut, pemerintah kota (pemkot) Surabaya angkat suara.— Aditya C Janottama (@cakasana) May 26, 2020
Melansir Kompas.com, Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser, membantah celotehan-celotehan dokter Aditya.
Fisker memastikan, Pemkot Surabaya telah membantu baju alat pelindung diri (APD) sebanyak 82.651 buah kepada 50 rumah sakit rujukan dan non-rujukan serta Labkesda.
"Total ada 82.651 baju APD yang diberikan kepada 63 puskesmas, 50 RS rujukan dan non-rujukan serta Labkesda," kata Fikser, di Dapur Umum Balai Kota Surabaya, Rabu (27/5/2020).
"Selain itu, kami juga bantu masker bedah, masker N95, face shield, sepatu booth, goggle, sarung tangan, ventilator, dan berbagai peralatan medis lainnya ke rumah sakit-rumah sakit itu," tambahnya.
Fisker mengatakan, bantuan itu ditujukan untuk tenaga medis yang bertugas.
Kendati hambatannya yakni, persoalan apakah APD tersebut sudah sampai ke tangan tenaga medis atau belum.
"Tapi yang pasti, kami memiliki data semua APD yang diterima oleh Pemkot, langsung hari itu juga didistribusikan ke rumah sakit-rumah sakit itu. Bahkan, Bu Wali Kota sendiri yang membaginya rata-rata sesuai kebutuhan dan kami ada bukti terimanya," ujarnya.
Terkait penanganan Covid-19 di Surabaya, Fisker menyebut pihaknya terbuka sejak awal.
"Selain itu, kami juga melakukan penanganan Covid-19 dengan melakukan rapid test massal dan yang reaktif diajukan untuk melakukan tes swab. Ini semua kami buka karena kami tidak ingin seperti gunung es, kami buka tabir ini semuanya," kata Fisker.
Oleh karenanya ia mengimbau kepada tenaga medis yang masih belum puas untuk datang langsung ke Balai Kota Surabaya dan berdiskusi dengan tim Gugus Tugas.
Yang disayangkan adalah, tenaga medis tersebut tidak menyampaikan pemikiran-pemikirannya langsung kepada yang bersangkutan.
Terlebih apa yang disampaikan oknum tersebut tidak melekatkan data-data dan bersifat asumsi.
Padahal corona adalah wabah yang menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat.
"Jadi, kami sangat menyayangkan kalau itu disampaikan di media sosial karena akhirnya akan menimbulkan persepsi atau pemahaman yang keliru di masyarakat. Kasihan yang terlibat di dalam penanganan ini begitu banyak orang, termasuk dari medis, teman-teman beliau juga,” kata dia.
Sehubungan dengan itu, Jubir RS Royal Surabaya dr Dewa Nyoman Sutanaya mengatakan, pihaknya akan menentukan sikap.
Dewa memastikan si pembuat utas adalah Dokter Jaga IGD di RS Royal Surabaya.
Dewa juga membantah dengan tegas klaim dokter Aditya yang menyebut rumah sakitnya tak mendapat bantuan pemerintah.
Ia menganggap pernyataan tersebut adalah pendapat pribadi yang bersangkutan tanpa didukung data yang valid.
Baca Juga: Momen Perayaan Lebaran di Berbagai Negara yang Mungkin Akan Jarang Ditemukan di Idul Fitri Kali Ini!
"Pihak Rumah Sakit Royal Surabaya tidak bertanggung jawab terhadap apapun yang menjadi pendapat atau pernyataan pribadi karyawan rumah sakit di media sosial maupun media lainnya," kata Dewa.
Pihaknya pun meminta maaf, dan menyatakan bakal menindak tegas oknum dokter yang berbicara tanpa data.
Pihak rumah sakit akan memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan berdasarkan rekomendasi dari Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit Royal Surabaya.
"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi," ujarnya. (*)