Sosok.ID - Pandemi Covid-19, telah menyebabkan segala sektor kehidupan menjadi porak poranda.
Seluruh negara di dunia berupaya menahan laju sebaran virus corona.
Muncul kali pertama di Wuhan, China, SARS-CoV-2 telah menginfeksi lebih dari 4 juta penduduk dunia.
Amerika Serikat, masih menjadi negara paling terdampak dengan kasus melebihi 1 juta.
Seperti diketahui, Pihak Amerika Serikat sempat mengecam China, meminta negeri Tirai Bambu bertanggungjawab atas menyebarnya virus corona.
Melansir via Kompas.com, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sempat menuduh China sengaja menyensor penelitian mengenai Covid-19.
Pihak AS menyebut, upaya itu mungkin dilakukan guna menutupi tingkat penyebaran yang sesungguhnya.
Ia juga menganggap China telah secara sengaja berusaha memengaruhi upaya Internasional untuk menangani virus corona.
"Partai Komunis China berusaha membatasi informasi tentang virus ini, tentang dari mana virus itu muncul, bagaimana mulainya, bagaimana menular antarmanusia, tentu saja melibatkan WHO untuk memperdalam alur cerita itu," ujar Pompeo.
Pernyataan Pompeo dikecam oleh para pejabat China.
Namun baru-baru ini, China telah mengakui bahwa mereka menghancurkan sampel virus corona di awal kemunculannya.
Kendati demikian, mereka menolak tuduhan AS yang menyebut China menutup-nutupi informasi.
Baca Juga: Indonesia Kecewa? Kemampuan Su-35 Diklaim Kalah Telak dengan Jet Tempur Buatan China Shenyang J-16
Pengawas di divisi sains dan pendidikan Komisi Kesehatan Nasional China Liu Dengfeng mengatakan, penghancuran sampel dilakukan demi keamanan.
Hal itu diungkapkan Liu dalam konferensi pers pada Jumat (15/5/2020) di Beijing.
Ungkapnya, pemerintah China pada 3 Januari lalu memerintahkan untuk melenyapkan sampel Covid-19 yang tak memenuhi syarat.
Alasannya karena virus corona jenis baru yang ditemukan di Wuhan ini bersifat menular.
Sehingga sampelnya perlu dibuang untuk mencegah risiko keamanan biologis laboratorium dan mencegah bencana sekunder dari patogen tak dikenal.
Melansir Newsweek, perintah itu muncul setelah Covid-19 digolongkan sebagai virus kelas II oleh para ahli.
Hal ini mengharuskan "persyaratan yang jelas tentang pengumpulan, transportasi, penggunaan eksperimen, dan penghancuran patogen" untuk menghindari kemungkinan kecelakaan atau kebocoran, ungkapnya, dikutip via Kompas.com.
Saat dicecar Pompeo, Lui sontak membela China.
Mengatakan, UU kesehatan masyarakat menyebutkan agar sampel wabah disimpan atau dihancurkan jika sebuah lembaga tidak memenuhi persyaratan untuk menangani sampel semacam itu.
"Pernyataan yang disebar oleh para pejabat AS ini murni di luar konteks dan sengaja membingungkan banyak orang," kata Liu pada konferensi pers Jumat.
Pada 27 Maretm Badan Intelijen Pertahanan merevisi penilaian terkait asal usul pandemi Covid-19.
Ia mengatakan, selain dari hewan, wabah bisa juga dimulai dari kecelakaan di laboratorium Institut Virologi Wuhan.
Newsweek juga melaporkan bahwa Komunitas Intelijen percaya Beijing turut menekan WHO untuk meremehkan penyakit itu pada Januari.
Laporan itu mengutip Badan Intelijen Pusat yang dikonfirmasi dua pejabat senior AS.
Sementara WHO, termasuk Donald Trump kala itu masih berupaya menghentikan laju sebaran virus dan mendukung China.
Namun semenjak virus merebak hebat di Amerika, Trump mulai melimpahkan kesalahan kepada China.
Menyebut Tiongkok bertanggung jawab sebab telah gagal membendung virus dan membuatnya menyebar ke seluruh dunia.
Situasi itu menjadikan hubungan Amerika dan China makin panas di luar perang dagang.
Sementara China pada 17 Mei 2020 melaporkan berita duka, di mana Duta Besar China untuk Israel, Du Wei ditemukan tewas di rumahnya.
Wei ditemukan tewas, tiga hari usai melayangkan kecamannya pada Pompoe yang saat itu berkunjung ke Israel, mengutip dari SCMP.
Baca Juga: Usai Kritik Menlu AS Terkait Virus Corona, Duta Besar China untuk Israel Ditemukan Tewas di Rumahnya
Meski laporan setempat meyakini Wei meninggal dunia secara alami dalam tidurnya, namun penyidikan akan dilanjutkan. (*)