Sosok.ID - Banyak negara yang tengah dilanda wabah virus corona kini berlomba-lomba temukan ramuan obat untuk menyembuhkan pasien positif corona.
Tanpa terkecuali Indonesia di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang tengah kebutkan obat herbal yang diyakini dapat menyembuhkan pasien covid-19.
Bahkan banyak penelitian pengembangan di luar Indonesia seperti yang dilakukan sejumlah perusahaan kini juga sedang berusahan menemukan vaksin covid-19.
Namun hal tersebut dianggap tak wajar oleh Otoritas Kesehatan Dunia (WHO).
WHO justru berpendapat bahwa kecil kemungkinan untuk bisa mendapatkan vaksin tersebut dalam waktu cepat.
Otoritas kesehatan dunia itu menambahkan, vaksin baru akan tersedia sebelum akhir 2021 atau setahun kedepan.
Padahal pemerintah di seluruh dunia telah menggelontorkan dana untuk penelitian vaksin saat banyak perusahaan farmasi, universitas, dan lembaga penelitian sedang berlomba mengembangkan vaksin covid-19.
Tiga perusahaan farmasi terbesar AS, Inovio, Moderna, dan Pfizer kini telah memulai uji klinis, yaitu tahap pertama dalam pengembangan vaksin.
Sementara itu, para peneliti di Oxford University yang didukung oleh Pemerintah Inggris mengatakan mereka bertekad untuk memproduksi vaksin pada musim gugur nanti.
Tapi apa yang dilakukan banyak negara dan perusahaan farmasi serta univeristas-universitas tersebut seperti dianggap sia-sia oleh WHO.
Hal itu dikatakan oleh pejabat senior WHO, Dale Fisher yang mengatakan vaksin untuk covid-19 tidak akan siap hingga akhir tahun depan.
"Saya pikir akhir tahun depan adalah ekspektasi yang sangat masuk akal," kata Fisher dilansir dariCNBC , Senin (4/5/2020).
Menurutnya, fase 2 dan 3 uji coba akan memakan waktu yang lama untuk memastikan mereka aman dan dapat diandalkan.
Uji coba fase 1 saat ini baru akan memungkinan pengumpulan data awal untuk menilai apakah vaksin potensial benar-benar bekerja, sebelum dilakukan uji coba fase selanjutnya.
Fisher bahkan menyebut komentar Presiden Donald Trump yang meyakini bahwa vaksin virus corona akan dikembangkan pada akhir 2020 sebagai sesuatu yang prematur.
Tak hanya petinggi WHO yang menyebut keraguannya atas ketersediaan vaksin dalam waktu dekat ini.
Nmaun juga CEO Roche, salah satu raksasa farmasi Severin Schwan yang mengungkap hal yang sama.
"Saya tidak ragu bahwa karena begitu banyak perusahaan bekerja secara paralel dan seperti yang kita lihat kolaborasi yang hebat dengan regulator termasuk FDA, kita benar-benar dapat mempercepat persetujuan vaksin," kata Schwan.
"Tapi tetap saja, biasanya butuh bertahun-tahun untuk mengembangkan obat baru. Sebagian besar ahli sepakat bahwa dibutuhkan setidaknya 12 hingga 18 bulan hingga kita melihat vaksin yang tersedia dalam jumlah yang diperlukan untuk pasien," sambungnya.
Seperti yang diketahui Gilead Sciences yang memberi keberhasilan yang menjanjikan dan dapat mempersingkat waktu pemulihan pasien di rumah sakit.
Namun penelitian dan pengembangan yang dilakukan banyak pihak mengenai vaksin ini masih jauh dari kata selesai.
Petinggi WHO itupun menambahkan bahwa setiap orang harus mengambil peran sembari menunggu vaksin tersebut siap.
Dirinya pun mengungkap untuk saat ini yang lebih tepat adalah langkah pelacakan kontak dan upaya melakukan physical distancing serta tidak keluar rumah saat merasa sakit. (*)